![]() |
| Ketua PW GP Ansor, Jawa Timur, H. Musaffa' Safril saat menjadi pemateri dalam PKL PC GP Ansor Lumajang.(Dok/Istimewa). |
Dalam kegiatan Golden PKL PC GP Ansor Lumajang, Jumat (10/10/2025), Musaffa’ menyampaikan orasi yang membakar semangat kader. Ia menegaskan visi besar Ansor Jatim untuk mentransformasi organisasi menjadi “rumah besar” yang kokoh, produktif, dan berdaya guna bagi umat.
“Ansor adalah rumah besar, dan kami sedang membangun banyak pilar-pilar penyangga yang strategis,” tegas Musaffa’ dalam sambutannya yang disambut riuh para peserta.
Salah satu terobosan monumental yang diluncurkan adalah program “Satu Keluarga Banser Satu Sarjana.” Program ini menjadi langkah konkret Ansor Jatim untuk memutus rantai kemiskinan di kalangan kader Banser dengan membuka akses seluas-luasnya terhadap pendidikan tinggi.
Musaffa’ mengungkapkan, mayoritas anggota Banser berasal dari keluarga sederhana dengan keterbatasan ekonomi dan pendidikan. Karena itu, GP Ansor Jatim berkomitmen mengangkat derajat kader dan keluarganya melalui pendidikan sebagai jalan pembebasan sosial.
“Kami ingin mengangkat derajat kader Banser melalui pendidikan. Ilmu adalah kunci pembebasan, dan Ansor harus menjadi gerakan yang mencerdaskan,” ujarnya penuh semangat.
Sebagai kelanjutan dari komitmen mencerdaskan kader, Ansor Jatim juga tengah menyiapkan Ansor University, sebuah pusat mentoring dan pengembangan akademik yang akan mendampingi calon mahasiswa, baik yang menempuh pendidikan di dalam negeri maupun luar negeri.
Langkah ini mempertegas arah GP Ansor Jatim sebagai gerakan yang membangun peradaban berbasis ilmu dan data, bukan sekadar semangat emosional. Ansor University diharapkan menjadi wadah bagi kader muda untuk menyiapkan masa depan yang lebih rasional, terukur, dan berdampak.
Dalam arahannya, Musaffa’ juga memperkenalkan enam pilar penyangga pengabdian Ansor Jatim yang menjadi fokus gerakan ke depan. Pilar pertama adalah Banser sebagai garda terdepan dalam pengabdian sosial, kemanusiaan, dan kebangsaan. Pilar kedua adalah Majelis Dzikir dan Sholawat (MDS) Rijalul Ansor, wadah bagi para Gus dan Lora (kyai muda) untuk memperkuat spiritualitas organisasi dan menegaskan bahwa Ansor bukan sekadar kumpulan aktivis politik, tetapi juga penjaga nilai-nilai keagamaan.
Pilar ketiga adalah Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Ansor yang hadir untuk membela kaum lemah secara selektif dan profesional tanpa mengorbankan citra organisasi. Pilar keempat adalah Pengembangan Literasi, yang bertujuan menumbuhkan budaya berpikir kritis dan berbasis data di kalangan kader Ansor.
Sementara pilar kelima berfokus pada Pemberdayaan Ekonomi Kader, agar Ansor tidak hanya kuat secara ideologis tetapi juga mandiri secara finansial. Terakhir, pilar keenam adalah Penguatan Pendidikan dan Kaderisasi, yang menjadi jantung utama gerakan agar semangat Ansor terus menyala lintas generasi.
“Kader Ansor harus bisa mengukur kebenaran dengan ilmu dan fakta, bukan dengan emosi. Kita ingin gerakan Ansor menjadi seperti gerakan kemanusiaan di Eropa, rasional, berdata, dan berdampak,” pesan Musaffa’ penuh makna.
Musaffa’ menegaskan, seluruh program dan gebrakan tersebut bukanlah proyek administratif semata, melainkan bagian dari ikhtiar spiritual dan sosial untuk menebar kemanfaatan seluas-luasnya bagi umat.
“Kemanfaatan itulah yang terus kami kejar. Bukan sekadar aktivitas organisasi, tapi jalan menuju keberkahan. Karena setiap pengabdian di Ansor adalah bentuk ibadah,” tutupnya dengan penuh keyakinan.
Di bawah kepemimpinan H. Musaffa’ Safril, GP Ansor Jawa Timur kini bukan hanya organisasi yang kuat secara struktur, tetapi juga hidup dalam denyut perjuangan, bergerak, berpikir, dan berdaya untuk menciptakan Indonesia yang lebih berkemajuan dan berkeadaban. (Had)


Komentar