|
Menu Close Menu

DPRD Kota Surabaya Sebut Impor Beras Sangat Menyakiti Petani

Senin, 22 Maret 2021 | 08.45 WIB


Mahfudz, Anggota DPRD Kota Surabaya asal Fraksi PKB (Dok/Istimewa)


lensajatim.id
Surabaya-
Rencana impor 1 Juta ton beras oleh Pemerintah Pusat sebagaimana disampaikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian RI, Airlangga Hartarto terus mendapat sorotan. Kali ini giliran anggota DPRD Kota Surabaya juga ikut.


Mahfudz, Sekretaris Komisi B DPRD Kota Surabaya menyebut impor beras sangat menyakiti petani. "karena disaat yang sama, stok beras kita masih berlimpah dan tidak lama lagi, para petani akan panen padi," tukas Mahfudz. Minggu (21/03/2021).


Politisi asal Partai Kebangkitan Bangsa meminta Hasil beras petani Surabaya harus di akomodir dulu oleh Pemkot, sehingga, mereka tidak akan terdampak oleh impor beras Vietnam tersebut.


Dikonfirmasi secara terpisah, Baktiono Anggota DPRD Kota Surabaya asal Fraksi PDIP menjelaskan bila rencana impor beras harus dijelaskan lebih dahulu kepada petani dan ke seluruh rakyat Indonesia, saat ini  posisi stok beras yang ada jumlahnya berapa dan potensi panen raya totalnya jumlahnya berapa ton.


Dengan demikian bisa diketahui, apakah dalam panen raya bisa mencukupi kebutuhan beras untuk seluruh rakyat Indonesia dan sampai berapa bulan ketersediaan beras. " Kalau memang benar-benar harus impor sudah ada penjelasan ke masyarakat," tukas Baktiono.


Akan tetapi kalau beras kita cukup, kata Baktiono, Apalagi setelah Presiden Joko Widodo banyak membangun waduk-waduk untuk mengairi sawah-sawah di waktu musim kemarau, rasanya itu sudah cukup untuk kebutuhan pangan yang ada di Indonesia dan yang lebih penting agar Indonesia yang tanahnya subur dan luas dan juga masih banyak tanah-tanah baik di Jawa maupun di luar Jawa.


Tinggal, tutur Baktiono, lahan  yang masih belum digarap bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan atau ditanami padi serta harus menggunakan teknologi dan peralatan yang modern baik sistem menanam, sistem menuai semua memakai alat-alat berat dan Teknologi yang dikembangkan oleh Fakultas Pertanian maupun Kementerian Pertanian.



Sebelumnya juga diberitakan sejumlah media, meskipun Surabaya tercatat sebagai kota metropolitan, yang wilayahnya sudah banyak pemukiman, industri dan gedung-gedung bertingkat. Namun, Surabaya masih bisa menghasilkan produksi padi hingga 14,6 ton.


Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, Yuniarto Herlambang menjelaskan, bahwa dari total lahan seluas 11 hektar yang ditanam padi, di Kelurahan Pakal, Kecamatan Pakal Surabaya,  hari ini yang dipanen sekitar 2 hektar. Untuk setiap 1 hektar yang dipanen itu menghasilkan Gabah Kering Panen (GKP) sekitar 7,312 ton. "Jadi kalau hari ini yang dipanen 2 hektar, maka GKP-nya dikali dua, atau sekitar 14,624 ton," kata Herlambang sebagaimana ditulis www.idxchannel.com (09/03/2021).


Namun demikian, Herlambang menyebut, hasil GKP ini beratnya kemudian akan menyusut. Dari hasil panen 7,312 ton pada 1 hektar lahan, beratnya dapat menyusut menjadi 6,288 ton Gabah Kering Giling (GKG). Nah, ketika sudah melalui proses GKG, berat beras akan turun menjadi 3,961 ton dari hasil panen 7,312 ton pada 1 hektar lahan. (Lim/Red).

Bagikan:

Komentar