|
Menu Close Menu

Hafidz Al-Quran, Indonesia Menang dari Arab Saudi, Kalah dari Mesir

Minggu, 09 April 2023 | 23.43 WIB

Ilustrasi. (Dok/Kumparan)


Oleh Moch Eksan


Lensajatim.id, Opini- Indonesia, Arab Saudi dan Mesir merupakan negara mayoritas muslim. Al-Quran di tiga negara tersebut merupakan kitab suci yang dipegang teguh oleh penduduknya sebagai petunjuk.


Sebagai petunjuk, Al-Quran dipelajari sejak dini untuk dipahami, dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan pribadi maupun umum. Pembelajaran Al-Quran terus berkembang tak melulu bertujuan bisa baca tulis, tapi juga bisa dihafalkan.


Sekarang, banyak muncul rumah tahfidz. Sebuah lembaga pendidikan untuk menghafalkan Al-Quran. Jumlahnya terus bertambah. Tak kurang dari 1.200 rumah tahfidz yang berbasis hunian, pesantren dan perusahaan.


Ustadz Yusuf Mansur mengatakan bahwa peningkatan jumlah rumah tahfidz wujud bukti antusiasme masyarakat Indonesia untuk menghafal Kalamullah. Sehingga, cita-cita Almarhum Syeikh Ali Jaber menjadikan negeri ini _Biladul Qur'an_ berlahan-lahan suatu saat bisa menjadi kenyataan.


Memang, cita-cita luhur tersebut masih sangat jauh. Mengingat jumlah hafidz Al-Quran masih sekitar 30.000 orang. Data Kementerian Agama ini setara dengan 0,01 persen dari jumlah penduduk muslim Indonesia yang tembus 87 persen.


Namun, jumlah tersebut mengalahkan jumlah hafidz Al-Quran di Arab Saudi yang 6.000 orang. Namun, masih kalah jauh dari jumlah hafidz di Mesir yang mencapai 12,3 juta orang.


Dalam buku _Negeri-negeri Penghafal Al-Quran, Inspirasi dan Motivasi Semarak Tahfidz Al-Quran dari 32 Negara di 4 Benua,_ Abu Ammar dan Abu Fatiah Al-Adnani mengemukakan data lain. Bahwa ternyata di Pakistan ada, 7 juta hafidz. Di Libya ada, 1 juta hafidz.


Bahkan di negara bekas jajahan Uni Soviet yang komunis, Bosnia dan Chechnya tiap tahun melahirkan puluhan hafidz yang tak saja hafal 30 juz tapi juga kuasai qira'ah asyrah. Turki di bawah rezim sukuler, mencetak tak kurang dari 5.000 hafidz setiap tahun.


Kota Gaza yang merupakan kota terbesar Palestina mencetak 10.000 hafidz setiap tahun. Kendati, Jalur Gaza ini merupakan wilayah yang berada di bawah kepungan invasi politik militer rezim zionis Israel. Al-Quran menyala sebagai lentera di dada mereka dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan.


Ketertinggalan Indonesia secara kuantitatif terhadap Pakistan, Libya dan Palestina, terbayar secara kualitatif oleh syiar dakwah Al-Quran dalam damai. Bahkan, ujian masuk perguruan tinggi dan rekrutmen anggota TNI/Polri, hafidz diperlakukan secara khusus tanpa tes. Mereka bebas memilih fakultas manapun. Peserta ujian anggota Polri di Jatim sejak 2018 misalnya, yang hafal Al-Quran langsung lolos menjadi keluarga besar Bhayangkari Negara.


Peningkatan apresiasi terhadap hafidz, yang mendorong peningkatan minat dan bakat hafalan Al-Quran dari generasi muda Indonesia saat ini. Otomatis, peningkatan ghirah ini sambung menyambung dengan peningkatan jumlah lembaga pendidikan _Hafidzul Quran_ di Tanah Air. Kendati jumlahnya masih ketinggalan kereta daripada negara-negara Arab di Timur Tengah.


Meski demikian, dari segi prestasi dalam Musabaqoh Hifdzil Quran (MHQ) Internasional di Thailand pada 2-4 Maret 2023, peserta dari Indonesia dapat menyabet juara 1 dan 2. Masing-masing atas nama Ach Fais Fikri asal Sulawesi Tenggara juara 1, dan Abdurrahman Huzaifi asal Sumatera Selatan juara 2.


Ini adalah contoh teranyar, hafidz Al-Quran Indonesia tak sekadar hafal 30 juz, tetapi juga berprestasi bila diadu dalam arena kompetisi hafalan Al-Quran dunia. Banyak bibit-bibit unggul menjadi "Al-Quran berjalan" menyebarkan berkah dalam membawa misi kepemimpinan peradaban Indonesia pada dunia, baik Timur maupun Barat.


Sayangnya, ekspektasi dunia terhadap kepemimpinan peradaban Indonesia, masih kurang dibarengi dengan percaya diri para pelaku dakwah dalam mengkampanyekan minhaj Islam Nusantara pada dunia. Wakil Presiden, Prof Dr KH Ma'ruf Amien, mengatakan bukan zamannya lagi Bahasa Arab diterjemahkan pada Bahasa Indonesia. Namun sebaliknya, Bahasa Indonesia diterjemahkan pada Bahasa Arab.


Kiai Ma'ruf yang baru saja meluncurkan buku biografi, _Kiai Wapres, Wapres Kiai_ bertepatan dengan ultah yang ke-80, bercerita ada utusan dari Majelis Hukuma' Muslimin yang berpusat di Abu Dhabi Uni Emirat Arab  datang kepadanya. Utusan dari organisasi ulama tersebut menyatakan bahwa ulama datang ke Indonesia sekarang untuk belajar, bukan mengajar. Bagaimana negeri sangat plural ini bisa mewujudkan perdamaian.


Jadi, Al-Quran telah menjadi energi perdamaian. Penduduk Indonesia mendapat pancaran kedamaian yang bersumber dari qalbun Salim (hati damai) umat Islam. Sebuah hati yang selamat dari iri dengki, menang sendiri, congkak dan angkuh. Qalbu yang disemayami oleh ayat-ayat Al-Quran yang menyelamatkan orang lain dari tangan dan lisannya yang suka menyakiti.


*Penulis adalah Pendiri Eksan Institute

Bagikan:

Komentar