![]() |
| Ning Lia, Anggota DPD RI asal Jawa Timur.(Dok/Istimewa). |
Data Balitbang Kemendikbud tahun 2019 menunjukkan hanya 11 persen siswa yang menyatakan ingin menjadi guru. Dari 512.500 siswa peserta UNBK 2019 di 8.549 sekolah SMA/MA, angka tersebut menjadi alarm bagi masa depan pendidikan Indonesia.
“Guru bukan sekadar pengajar, tapi pembentuk karakter, peradaban, dan arah bangsa. Maka negara wajib hadir dengan sistem yang membuat profesi ini terhormat secara sosial dan sejahtera secara ekonomi,” tegas Ning Lia, yang baru-baru ini dinobatkan sebagai Wakil Rakyat Terpopuler dan Paling Disukai versi ARCI 2025.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap dunia pendidikan, Ning Lia menawarkan sejumlah solusi konkret. Salah satunya, sistem zonasi guru berbasis wilayah, yang memungkinkan tenaga pendidik ditempatkan di daerah asalnya.
Menurutnya, kebijakan ini tidak hanya efisien, tetapi juga dapat mencegah kemacetan, kelelahan di perjalanan, hingga menjaga stabilitas emosional guru dalam proses belajar mengajar.
Selain itu, Ning Lia juga mendorong pemerintah daerah menyediakan rumah dinas layak bagi guru, terutama di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).
Tak kalah penting, ia menekankan perlunya standarisasi gaji agar guru tidak lagi berada di bawah garis kesejahteraan.
“Masih banyak guru swasta, termasuk yang di bawah Kemenag, hanya menerima gaji Rp300 ribu sampai Rp400 ribu. Buat beli beras, bayar listrik, dan air pun tidak cukup,” ujarnya prihatin.
Bagi Ning Lia, memperbaiki kesejahteraan guru tidak cukup hanya lewat kebijakan ekonomi. Diperlukan pula gerakan kultural untuk mengembalikan penghargaan masyarakat terhadap profesi mulia ini.
“Negara maju bukan diukur dari banyaknya gedung tinggi, tapi dari seberapa besar masyarakat menghargai gurunya,” tutur putri tokoh NU KH Maskur Hasyim itu.
Ia pun mengajak pemerintah pusat, daerah, serta LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) untuk bersinergi memperkuat pembinaan calon guru dan memastikan profesi ini kembali menjadi pilihan prestisius bagi generasi muda.
“Kalau negara serius memperkuat martabat guru, maka sesungguhnya kita sedang memperkuat fondasi masa depan bangsa,” pungkasnya. (Had)


Komentar