|
Menu Close Menu

Novi Sujatmiko : Sosok yang Rendah Hati dan Dekat Dengan Semua Kalangan

Jumat, 05 Maret 2021 | 09.27 WIB

Novi Sujatmiko (Dok/Istimewa)


Oleh : Ach Wildan Al-Faizi 

Kabar duka menyelimuti langit bumi Sumekar, dengan wafatnya salah satu putra terbaik sumenep Bapak Novi Sujatmiko pada hari rabu, 3 maret 2021. Kita semua sangat sedih, kaget dan tidak percaya mendengar kabar duka ini. Sebab selama ini, Pak Novi terlihat sangat sehat dan secara umur masih tergolong muda.


Pak Novi mulai dikenal masyarakat luas sejak menjabat sebagai direktur BPRS Bhakti Sumekar. Sepak terjangnya memang luar biasa, berkat tangan dinginnya BPRS Bhakti Sumekar menjadi BUMD kebangaan Sumenep. Saat ini aset BPRS mampu menembus angka 1 triliun. Sebagaimana yang ditulis oleh Pak Novi, bahwa "Tahun 2020 menjadi Tonggak lompatan kita lebih lanjut memasuki fase yang lebih besar untuk menjadikan kita lebih kuat, lebih sehat dan pada akhir nya lebih memberikan manfaat yang sebesar besarnya bagi seluruh stake holder". Itulah tulisan terakhir Pak Novi diakun FB-nya.


Dengan segala kiprah dan prestasinya itu, Pak Novi sempat santer di proyeksikan sebagai salah satu calon bupati/wakil bupati pada pilkada 2020 kemarin. Namanya juga sering jadi pembicaraan di kalangan elit politik sumenep. Walaupun pada realita politiknya beliau tidak mencalonkan diri. Bagi saya, sebenarnya beliau sangat layak untuk diberi peran yang lebih besar tidak hanya "ngurus" BPRS tapi juga diberi kesempatan "ngurus" masyarakat yang lebih luas dengan kebijakan-kebijakannya sebagai pemimpin Sumenep. 


Dengan alasan tersebut, sering kali saya memanggil beliau dengan panggilan pak bupati atau kadang "ngojlokin" dengan panggilan pak cawabup. Pernah suatu hari, saya bertiga bersama pak novi, dan satu orang lagi (rahasia) satu mobil dari warung Man-Nyamanan menuju rumah dinas bupati. Pak Novi duduk di kursi tengah dan saya sendiri diminta untuk duduk di kursi depan, sementara satunya sebagai sopir. Lalu saya berseloroh dengan beliau. "Pak Novi, biasanya kalau di dalam mobil pejabat yang duduk di kursi depan itu ajudan, dan yang duduk di kursi tengah itu pejabatnya. dari gaya duduknya, sampeyan sudah cocok jadi bupati pak, saya ajudannya". Beliau hanya menjawab "siah nemmu bei bekna, sengak tak edukung bile engkok nyalon ongguh".


Semua yang mengenal Pak Novi pasti akan mengatakan bahwa beliau orang baik. Begitupun dengan saya. Kebaikannya tidak hanya dalam posisi beliau sebagai Direktur BPRS, namun juga sebagai seorang pribadi "NOVI". Sikap "panganggep" dan "pangesto" kepada orang lain adalah salah satu kelebihannya. Saya pribadi, merasakan sendiri bagaimana beliau "nganggep" dan "esto" walaupun sebenarnya saya ini bukan siapa-siapa. 


Sikapnya yang "panganggep", "Pangesto" ditambah dengan kepribadiannya yang dermawan, rendah hati, tulus, murah senyum, tidak perhitungan dan suka menolong orang lain membuat beliau dekat dengan semua kalangan mulai dari pejabat, LSM, Jurnalis, Politisi, masyarakat biasa hingga ke kalangan kiai-kiai pesantren. Rasanya sulit saya menemukan ada orang atau tokoh penting di sumenep yang punya masalah pribadi dengan beliau.


Yang saya suka dari pribadi Pak Novi adalah soal keteladanan. Pak Novi sosok figur yang tidak hanya pintar bicara apalagi hanya pandai berangkai kata, tapi Pak Novi juga mampu memberikan contoh dengan sikap-sikapnya yang luar biasa. Bisa dikatakan pak novi ini layak menjadi role model bagi kita semua khususnya saya pribadi dalam hal bersosial dan bermasyarakat. 


Saya menilai Pak Novi ini seorang senior dan kakak sekaligus mentor yang baik. Saya sendiri sering dibantu beliau baik yang sifatnya pribadi atau dalam urusan kegiatan-kegiatan yang tak mungkin saya sebutkan disini. Bahkan dalam situasi mendesak pun beliau selalu bersedia membantu. Kadang saya sungkan sendiri ketika butuh sesuatu dan bantuan yang sifatnya mendadak. Atas segala kebaikannya, saya sampaikan terima kasih.


Terakhir kali saya bertemu Pak Novi, saat acara nikahan putri mantan bupati sumenep beberapa bulan yang lalu. Pak Novi sempat bertanya pada saya dengan nada bercanda untuk segera menikah, mumpung beliau masih sehat. Saya tak menyangkah bahwa pertemuan tersebut adalah pertemuan terakhir saya dengan beliau. Saya pun tidak menyangkah, kalimat "jek bit-abit mumpung engkok gig sehat" ternyata sebagai bertanda bahwa beliau akan sakit dan pada akhirnya hari ini beliau meninggalkan kita semua.


Hari minggu kemarin, disela-sela mengajar saya dapat kabar beliau dalam situasi kritis. Bersyukur ada yang mengajak saya untuk menjenguknya di Rumah sakit Soetomo surabaya. Walaupun setiba di rumah sakit ternyata kami tidak diperbolehkan masuk karena kondisinya yang tak memungkinkan. Mendengar cerita dari para kerabatnya, bahwa kondisi Pak Novi sudah sangat kritis. hanya nunggu keajaiban dan mukjizat tuhan. Mendengar itu, saya tak henti-hentinya berdoa agar ada pertolongan Allah. Cukup berat rasannya orang sebaik Pak Novi harus meninggalkan kita secepat ini. 


Hari senin siang, kami dapat informasi kondisi beliau mulai membaik. Beberapa orang yang menungguhnya sempat masuk dan bisa melihat Pak Novi secara langsung. Sayapun bersyukur, dan yakin mukjizat Allah akan nyata untuk kesembuhan pak novi. Senin sore pun kami pulang ke sumenep dengan harapan pak novi juga segara pulang dan berkumpul kembali dengan keluarga, kerabat, sahabat dan rekan-rekannya.


Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, Allah lebih sayang pak novi, tepat pada hari rabu 3 maret 2021 selepas magrib dapat kabar beliau telah tiada, di waktu yang bersamaan ada kabar duka atas wafatnya Pak Soengkoko Siddik mantan wakil bupati sumenep. Sumenep benar-benar berduka dan menangis atas kepergian salah satu putra terbaiknya.


Jam 07.10 WIB, jenazah beliau tiba di halaman kantor pemkab sumenep dengan pengawalan ketat petugas. KH. Busyro Karim terdengar menahan tangis saat memimpin sholat jenazah dan berdoa. Jamaah pun banyak yang menangis. 


Setelah selesai di sholat di kantor pemda sumenep, jenazah langsung diberangkat menuju peristirahatan terakhirnya di pemakaman pamolokan. Tiba di depan kantor BPRS berhenti sejenak memberi waktu kepada seluruh karyawan BPRS untuk mendoakan dan memberikan penghormatan terakhir pada Pak Novi. Saya merasa haru sekaligus sedih, mendengar isak tangis mereka sambil memanggil nama Pak Novi. Seakan mereka belum siap ditinggal Pak Novi untuk selama-lamanya.


Beberapa menit kemudian, mobil jenazah tiba di Jl. Kartini berhenti sebentar tepat di depan rumah Pak Novi. Lagi-lagi isak tangis menggiring salam perpisahan dari para kerebat, tetangga atau orang-orang yang sengaja menunggu lama di rumah Pak Novi. Ketika mobil jenazah mulai berjalan, tangisan merek semakin keras, sambil melambaikan tangan mereka menangisi Pak Novi. Tangisan mereka sebagai bentuk cinta tulus pada Pak Novi, sebagaimana Pak Novi yang tulus mencintai mereka selama hidupnya. Pak Novi benar-benar orang baik, kepergiannya menjadi kesedihan bagi semuanya.


Selamat jalan Pak Novi.....


Penulis adalah Akademisi Muda Kabuapten Sumenep

Bagikan:

Komentar