|
Menu Close Menu

Akhmad Mustaqim: Mahasiswa Harus Kenali Diri Sejak Dini, Bukan Sekadar Ikut Arus

Kamis, 12 Juni 2025 | 10.22 WIB

Ahmad Mustaqim, akademisi malang yang membahas soal pendidikan tinggi dinilai kehilangan jati diri pada podcast komentator Roomimesia (Dok/Istimewa). 
Lensajatim.id, Malang - Akademisi asal Malang, Akhmad Mustaqim, melontarkan kritik tajam terhadap arah pendidikan tinggi di Indonesia yang dinilainya semakin menjauh dari esensi pembentukan karakter dan identitas mahasiswa. Ia menilai, sistem pendidikan nasional saat ini cenderung kehilangan jati diri, serta gagal menciptakan lulusan yang berpikir kritis dan mampu beradaptasi di tengah arus zaman.


Dalam perbincangan terbuka di podcast Roominesia, Mustaqim menyoroti fenomena mahasiswa yang menurutnya terjebak dalam pusaran teknologi tanpa mampu memanfaatkannya secara bijak.


“Sekarang ini pertanyaannya sederhana: kita yang dikendalikan teknologi, atau kita yang mengendalikan teknologi?” ujarnya tegas, Kamis (12/06/2025). 


Ia menambahkan bahwa banyak mahasiswa saat ini mengalami kebingungan eksistensial, tidak memiliki kejelasan arah, dan kehilangan pemahaman terhadap potensi unik yang dimiliki.


“Banyak mahasiswa yang hanya punya bukti bahwa mereka pernah sekolah, tapi tidak pernah benar-benar berpikir,” katanya.


Lebih jauh, Mustaqim juga mengkritik sistem pendidikan tinggi yang menurutnya terlalu sering berganti arah mengikuti dinamika politik.


“Ganti menteri, ganti sistem. Apa gunanya? Harusnya ada satu sistem paten yang kontekstual dan bisa diadaptasi, bukan terus-menerus dirombak,” tuturnya, seraya mengutip keluhan serupa dari akademisi Prof. Mufti.


Menurutnya, paradigma bahwa perguruan tinggi adalah tempat memperbaiki individu juga keliru. Ia menilai, kampus bukanlah bengkel yang otomatis memperbaiki kualitas seseorang jika individu tersebut tidak siap secara intelektual dan sosial.


“Kalau kita tidak siap secara intelektual dan sosial, kampus hanya akan jadi tempat numpang ijazah,” ucapnya.


Soal jurusan yang tidak sesuai dengan pekerjaan setelah lulus, Mustaqim menegaskan bahwa permasalahan utama bukan pada sistem, melainkan pada kegagalan mahasiswa mengenali jati dirinya sejak awal pendidikan.


“Kita harus tahu keahlian kita sejak awal. Jangan baru lulus baru mikir: saya mau ke mana?” tegasnya.


Sebagai langkah solutif, Mustaqim mendorong reformasi pendidikan yang berfokus pada peningkatan kualitas tenaga pendidik.


“Ambil lulusan terbaik dari kampus terbaik, jadikan mereka guru. Tapi pastikan mereka sejahtera. Jangan biarkan idealisme mati karena perut lapar,” tandasnya.


Ia menutup pernyataannya dengan menekankan pentingnya dua kesadaran dalam pendidikan Indonesia saat ini: kesadaran jati diri dan kemampuan adaptasi.


“Kalau bisa nulis, jangan cuma nulis di blog. Tulis di media nasional. Kalau pintar bicara, jangan cuma ngomong di tongkrongan, tapi manfaatkan untuk mengedukasi,” pungkasnya. (Roy) 

Bagikan:

Komentar