|
Menu Close Menu

Konvensi Capres NasDem, Skenario All Soekarnois Final

Jumat, 28 Mei 2021 | 09.38 WIB



Oleh : Moch Eksan


Opini- Publik mencatat sekalipun Partai NasDem dan PDIP berada dalam the rulling party, di awal pemerintahan Jokowi periode kedua, kedua partai ini dalam beberapa hal tak sejalan. Terutama berkaitan dengan masuknya Partai Gerindra dalam kabinet dan perlunya kekuatan oposisi di luar pemerintahan. Perang urat saraf juga terasa dalam konfigurasi koalisi dan hasil pilkada serentak 2020.


Naga-naganya, Partai NasDem dan PDIP pada Pilpres 2024, sulit bersama dalam satu koalisi. Partai   besutan Surya Paloh akan mengusung calon presiden hasil konvensi, dan partai pimpinan Megawati Soekarnoputri semakin kuat arah Prabowo Subianto-Puan Maharani.


Sangat sulit menghindari polarisasi dukungan ini, mengingat Partai NasDem dan PDIP sudah ancang-ancang mengajukan dukungan calon presiden sendiri-sendiri. Partai NasDem dengan konvensi yang terbuka, dan PDIP dengan sistem komando ketua umum. Dua partai sesama  berhaluan ideologi nasionalis ini, masing-masing punya tawaran alternatif suksesi kepemimpinan nasional pasca Jokowi


Ribut-ribut Ganjar Pranowo dan Puan Maharani dalam merebutkan kendaraan PDIP, mengakibat banyak beredar foto yang menggambarkan kedekatan Ganjar dengan Surya Paloh. Foto itu memberikan pesan, bila elite PDIP mengganjal rekom partai pada Ganjar dan lebih memilih Puan, Partai NasDem terbuka untuk mengusungnya. Tentu tetap harus melalui konvensi capres yang terbuka.


Dari Saan Mustopa sampai Ahmad Ali, telah membuka pintu lebar-lebar kepada Ganjar dan siapa pun para tokoh bangsa untuk ikut konvensi Partai NasDem. Secara khusus Wakil Ketua Umum DPP dan Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI ini, menyebut 4 kepala daerah potensial yang dikehendaki publik ikut kontestasi. Mereka adalah Ganjar, Anies Baswedan, Ridwan Kamil dan Khofifah Indar Parawansa.


Memang, di kalangan internal juga muncul nama Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Laiskodat, dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Namun kata Ali, siapapun yang akan diusung bukan berdasarkan penilaian partai akan tetapi berdasarkan pada penilaian publik.


Dengan begitu, bisa dipahami, banyak saran warganet kepada Ganjar untuk pindah Partai NasDem sangatlah masuk akal. Sebab, Partai NasDem satu-satunya partai yang sudah teruji dan terbukti tak membeda-bedakan kader atau bukan kader. Selama sang kandidat dikehendaki publik yang tercermin dari hasil survey, maka kandidat itulah yang akan diusung. Warganet percaya konsistensi Partai NasDem dalam menominasi kandidat pada event Pilkada dan Pilpres lalu.


Partai NasDem harus bersyukur, publik sekarang sangat percaya pada reputasi dalam mengusung dan memenangkan kandidat tertentu. Benar kata Surya Paloh, Partai NasDem telah menyiapkan karpet merah bagi putra-putri terbaik Indonesia maju melalui partai ini. Tak peduli ia kader atau bukan kader. Semua bergantung pada hasil survey yang mencerminkan kehendak rakyat.


Surya Paloh telah mengembalikan partai sebagai public property, menjauh dari lilitan oligarki dan politic dinasty. Setidaknya hal ini terlihat dari Partai NasDem. Perjalanan 10 tahun partai ini terbukti telah menjadi etalase bagi putra-putri terbaik bangsa menjadi pemimpin nasional dan daerah. Partai ini telah memberi jalan tampilnya pemimpin baru yang terlahir dari rahim rakyat.


Meski nilai asketis Surya Paloh harus dibayar dengan kesan Partai NasDem lebih sebagai kendaraan politik daripada pengkaderan pemimpin, hal ini dipandang sebagai fenomena sementara dari kondisi politik ideal yang diinginkan. Lambat laut, hidup untuk negeri, kemandirian ekonomi, kebebasan pers, koalisi tanpa syarat, politik tanpa mahar, keterbukaan, pengorbanan tanpa pamrih, keberpihakan pada publik, keteladanan, adalah 9 nilai asketis Surya Paloh yang mulai bersemai dalam balantika politik nasional.


Konvensi calon presiden Partai NasDem bukan hanya sebagai mekanisme rekrutmen kepemimpinan, akan tetapi akan menjadi inkubator nilai-nilai asketis di atas. Rakyat disuguhi partai sebagai etalase publik, sekaligus elit politik negarawan yang sudah selesai dengan dirinya, totalitas dalam mengabdi pada bangsa, berpihak pada kepentingan publik dan memberikan tauladan yang baik.


Ganjar dan para pendukungnya zonder rasa kekhawatir terjebak pada money politics dan politicking dari internal Partai NasDem. Sebab konvensi akan berjalan terbuka dan demokratis. Gubernur Jawa Tengah dua periode ini selama bisa mempertahankan hasil survey yang berada di tingkat teratas, maka Pilpres mendatang akan all Soekarnois final. Ganjar vs Puan, Soekarnois ideologis vs Soekarnois biologis.


Saat ini, memang terlalu dini berkesimpulan, Pilpres 2024 akan diikuti oleh all Soekarnois final. Waktu 3 tahun berjalan, segala kemungkinan bisa terjadi di jagad politik Indonesia. Ribut-ribut Ganjar-Puan bagi berapa pengamat dimaknai sebagai test the water. Konflik di kandang Banteng merupakan skenario diversifikasi kader ke dalam dan keluar partai. Ujungnya, siapapun yang menang nanti bagi keluarga besar Banteng, sejatinya tetap kelompok Soekarnoisnya yang menang. Inilah skenario all Soekarnois final.


*Moch Eksan, Pendiri Eksan Institute

Bagikan:

Komentar