H. Mohammad Supriyadi, Ketua Umum JANGAN Jatim. (Dok/Istimewa). |
Lensajatim.id, Surabaya- Bukan orang Madura kalau tidak membuat geger. Begitulah kira-kira ungkapan yang pas bagi masyarakat Madura yang saat ini lagi viral gara-gara warung Madura buka 24 jam.
Warung sederhana milik orang Madura yang buka 24 jam ternyata membuat pengusaha Minimarket merasa tersaingi. Itu terbukti dengan rencana adanya pembatasan jam operasional warung Madura di Klungkung Bali yang kuat dugaan karena adanya keluhan dari pengusaha Minimarket.
Tak cukup sampai disitu, hal tersebut juga sampai mendapatk respon dari Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Arif Rahman. Belum cukup juga, di Kota Surabaya, Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya Arif Fathoni ikut angkat bicara untuk menelusuri pemodal toko kelontong Madura yang buka 24 jam tersebut.
H. Mohammad Supriyadi, Ketua Umum Jaringan Pengusaha Nasional (JAPNAS) Jatim ikut merespon polemik tersebut. Ia meminta tidak usah ada yang merasa terusik dengan keberadaan warung Madura 24 jam dan jangan juga ada upaya membatasi.
Warung Madura 24 jam kata Supriyadi, bukanlah usaha besar dan juga tidak ada pemodal besar dibelakangnya. Itu menurut pria asal Kabupaten Pamekasan murni karena kegigihan masyarakat Madura untuk membuka usaha di tanah rantau.
" Untuk modal itu mereka kadang-kadang ada yang pinjam, kemudian nekat berangkat buka warung, dan mereka lakukan dengan mandiri, tempat juga ya sewa, tidak ada yang salah dari usaha mereka, makanya mereka harusnya dirangkul oleh pemerintah serta diberikan pembinaan," ungkap Supriyadi saat berbincang dengan media, Selasa (30/04/2024).
Soal harga yang cenderung lebih murah, Ketua Umum Ikatan Alumni Widyagama Malang (IKAWIGA) menuturkan kalau itu karena mereka cenderung mengambil untung kecil serta mereka kelola secara kekeluargaan.
" Jadi kalau yang punyak sendiri itu rata-rata dijaga sendiri, suami-istri yang jaga biasanya. Mereka gantian antara siang dan malam biasanya. Itu bukti kegigihan mereka," paparnya.
Untuk itu pihaknya meminta banyak pihak agar berhenti mengusik keberadaan warung Madura 24 jam. Agar mereka yang hanya pelaku usaha dibawah UMKM itu bisa berjualan dengan nyaman dan usahanya lancar.
Mereka itu hasil dari usahanya ditabung, dikirim ke kampung halaman, kadang untuk membayar hutang yang dijadikan modal. Baru kalau selesai urusan tanggungan mereka kan berpikir untuk berinvestasi properti dalam artian bangun rumah di kampung.
" Jangan hanya lihat perolehannya, atau keuntungannya tapi coba juga lihat prosesnya, mengurangi jam istirahat demi jaga warung, itu bukan hal yang mudah, butuh ketekunan, kegigihan, keseriusan dan kesabaran," pungkas Supriyadi. (Had)
Komentar