H.M. Ali Affandi L.N.M, Ketua Kadin Kota Surabaya saat hadir dalam Peresmian Wisata Baru " Kota Lama" . (Dok/Istimewa). |
Lensajatim.id, Surabaya- Peresmian wisata baru "Kota Lama" Surabaya telah menarik perhatian masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Banyak harapan dengan dikenalkannya wisata sarat sejarah tersebut di khalayak luas.
Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya H.M. Ali Affandi L.N.M. bahwa "Kota Lama" berpotensi menjadi penggerak ekonomi warga serta menjadi pelecut semangat perjuangan dan toleransi warga Surabaya.
"Kota Lama Surabaya memiliki banyak simbol yang bisa dijadikan magnet ekonomi dan pariwisata Surabaya," ungkap Mas Andi, panggilan akrab H.M. Ali Affandi L.N.M. di Surabaya, Sabtu (6/7/2024).
Dalam sejarahnya, lanjut Mas Andi, Kota Lama Surabaya adalah pusat ekonomi dan pemerintah jaman dahulu. Di kawasan ini terdapat banyak bangunan tua dan cagar budaya dengan nilai seni dan sejarah dalam pengembangan kota Surabaya. Hingga saat ini, keberadaannya sebagai pusat perdagangan masih dipertahankan. Pasar-pasar lama masih beroperasi dan tidak mati.
Beberapa pusat perdagangan tersebut diantaranya pasar Gembong dan pasar Kapasan yang sampai saat ini menjadi pusat "kulakan" berbagai produk garmen dan tekstil warga Jawa Timur. Selain itu juga ada pasar Pabean, pasar rempah-rempah legendaris yang sudah ada sejak tahun 1849. Saat ini pasar tersebut menjadi pusat grosir berbagai produk kebutuhan pokok, rempah-rempah dan ikan laut.
"Ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Lama. Sambil membayangkan bagaimana geliat pasar pada zaman penjajah, wisatawan juga akan menyempatkan berbelanja di sini, karena harganya terkenal murah," lanjutnya.
Disisi lain, dengan dijadikannya Kota Lama sebagai salah satu destinasi pariwisata Surabaya, maka akan bermunculan usaha baru yang mendukung pengembangannya. "Pegiat wisata pasti akan berinovasi membuat paket wisata, misal paket wisata naik Jeep, atau persewaan sepeda tua, atau sepeda listrik untuk berkeliling di sekitar Kota Lama. Ini bisa jadi lahan usaha baru," ungkapnya.
Apalagi Kota Lama juga menjadi simbol perjuangan arek-arek Surabaya melawan penjajah Belanda. Tempat bersejarah yang menjadi saksi bisu pertempuran 10 November 1945 dan tempat tewasnya Jenderal A.W.S Mallaby adalah Jembatan Merah yang berada di kawasan Kota Lama.
"Banyak sejarah yang bisa kita ingat di sini, banyak nilai yang bisa kita ambil hikmahnya. Mulai dari semangat perjuangan hingga nilai toleransi yang sangat kental," tandasnya.
Untuk itu, ia sangat setuju saat pengembangan Kota Lama dibagi menjadi empat zona utama, yaitu Zona Eropa, Pecinan, Melayu, dan Arab. Dengan pengembangan ini, maka Kota Lama Surabaya menjadi kawasan Kota Tua paling luas di Indonesia.Â
Setiap zona memiliki ciri khas arsitektur yang unik dan bersejarah, menarik pengunjung untuk menjelajahi kisah-kisah masa lalu yang tersembunyi di balik bangunan-bangunan megahnya. Kawasan Kota Lama ini, ibarat laboratorium arsitektur dunia, dimana wisatawan bisa mempelajari khas arsitektur barat dengan nuansa kolonial dan Eropa serta negara-negara timur dan Tiongkok.
"Di sini para arsitek bisa belajar beraneka ragam ciri khas bangunan dari berbagai negara pada zaman dahulu," pungkasnya. (Had)
Komentar