![]() |
H. Achmad Sudiyono, Owner SPPG Dapur MBG Demak Bintoro, Jember.(Dok/Istimewa). |
![]() |
Siswa saat menikmati makan bergizi gratis dari SPPG Dapur MBG Bintoro, Jember.(Dok/Istimewa). |
Di antara rombongan, tampak H. Achmad Sudiyono, pemilik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Dapur MBG Bintoro, yang turut serta mengawal langsung proses distribusi. Meski bukan pengalaman pertama, wajahnya tetap memancarkan semangat.
“Jalan boleh sempit, tapi komitmen kita harus tetap luas,” ujarnya sembari memastikan setiap kotak makanan sampai dengan aman.
Hari itu, tiga sekolah menjadi sasaran distribusi MBG: TK Dharmawanita, SDN Bintoro 5, dan SMPN 15 Jember. Ketiganya berada jauh dari jalan utama, tersembunyi di balik perbukitan yang tidak bisa dijangkau kendaraan roda empat. Dari dapur pusat, tim harus menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 10 kilometer, dengan dua kilometer terakhir dilewati menggunakan sepeda motor di jalan setapak yang licin dan terjal.
Namun bagi mereka, segala upaya ini layak ditempuh demi satu tujuan mulia: memastikan anak-anak di pelosok tetap mendapat asupan gizi yang layak.
Gagasan MBG bukan sekadar program sosial. Ini adalah bentuk nyata dari perjuangan melawan ketimpangan gizi yang masih membayangi anak-anak di wilayah dengan akses terbatas.
“Kami ingin memastikan tidak ada anak yang tertinggal hanya karena sekolahnya jauh,” tegas pria yang akrab disapa H. Achmad ini.
Ia juga menyampaikan harapan besar terhadap visi besar Presiden RI Prabowo Subianto.
“Saya hanya bisa berdoa agar cita-cita Bapak Presiden untuk melahirkan generasi sehat, berkualitas, berani, hebat, dan bertalenta kuat dapat terwujud. Semoga beliau selalu dirahmati Allah, dibimbing dalam setiap langkah, dan diberi umur yang barokah,” ujarnya yang juga menjabat sebagai Presiden LIRA Jember dan Pembina WANDAS Foundation.
Di tengah semangat itu, H. Achmad juga menyentil tantangan di lapangan yang perlu menjadi perhatian.
“Untuk mendukung 33 ribu dapur dengan target 82,9 juta layanan hingga Desember 2025, jangan hanya mengandalkan website. Sudah terlalu sering kami alami, sistem maintenance atau status yang tidak konsisten. Tiba-tiba status verifikasi turun kembali ke persiapan, video ganti sendiri, dokumen dianggap ganda—ini jelas menghambat percepatan,” ungkapnya.
Ia menegaskan, jika tidak ada langkah cepat turun langsung ke calon-calon SPPG, maka target MBG akan sulit tercapai.
“Kami di yayasan ditugasi membina 10 dapur mandiri. Ini sebagaimana telah disampaikan langsung oleh Mayor Jenderal Hendrayuda beberapa waktu lalu. Jadi, jangan alergi pada kritik. Kami mitra, kami rakyat,” tambahnya.
Setibanya di SMPN 15 Jember, sambutan hangat dari para siswa menjadi pelepas lelah tim. Kotak-kotak MBG dibuka, dan aroma lauk segar segera memenuhi udara. Menu yang disajikan pun variatif: terkadang ayam, kadang ikan, lengkap dengan sayur dan buah. Tak sekadar mengenyangkan, MBG dirancang memenuhi kebutuhan gizi seimbang anak.
Kepala sekolah, Suryadi, terlihat terharu menyaksikan semangat anak-anak menyantap makanan bergizi itu.
“Minat makan anak-anak meningkat. Kalau bisa, program ini jangan berhenti. Kalau perlu berdarah-darah demi mereka, ya kami rela,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Di tengah keterbatasan infrastruktur dan medan yang sulit, SPPG Dapur MBG Bintoro membuktikan bahwa pelayanan gizi bukanlah kemewahan, melainkan hak dasar yang harus diperjuangkan. Bagi mereka, tak ada alasan untuk membiarkan anak-anak tumbuh tanpa nutrisi yang layak. Sejauh apa pun jaraknya, selama jalan masih bisa dilalui, mereka akan datang.
Dan hari itu, jalan setapak di Mojan menjadi saksi sebuah perjuangan: perjuangan menghadirkan gizi untuk masa depan bangsa. (Had)
Komentar