![]() |
| Ning Lia Istifhama, Anggota DPD RI asal Jawa Timur saat hadir dalam acara Haul Gus Dur dan Harlah NU di Lamongan.(Dok/Istimewa). |
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Lia Istifhama, hadir dan menyapa langsung para guru ngaji yang menjadi salah satu fokus utama kegiatan. Kehadiran senator yang akrab disapa Ning Lia itu disambut hangat oleh pengasuh pondok pesantren KH Mustaji, para nyai, serta hadirin yang mayoritas berasal dari lingkungan pesantren dan komunitas keagamaan setempat.
Dalam sambutannya, Ning Lia menegaskan bahwa guru ngaji memiliki posisi strategis dalam pembangunan sosial-keagamaan di tingkat akar rumput. Menurutnya, peran guru ngaji tidak sebatas sebagai pengajar ilmu agama, melainkan penjaga nilai, akhlak, dan keberlanjutan pendidikan keislaman di tengah masyarakat.
“Guru ngaji adalah pilar penting dalam membentuk karakter generasi. Mereka menjaga nilai-nilai moral dan spiritual yang menjadi fondasi kehidupan berbangsa,” ujarnya.
Ia menambahkan, penguatan peran guru ngaji sejalan dengan amanat Konferensi Besar Nahdlatul Ulama Tahun 2024 yang menegaskan komitmen NU dalam memperjuangkan pemenuhan hak-hak dasar warga. Perlindungan sosial yang adil, kata Ning Lia, perlu menyentuh para penggerak pendidikan keagamaan yang selama ini mengabdi dengan penuh kesederhanaan, namun memiliki dampak besar bagi masa depan bangsa.
Di hadapan para hadirin, Ning Lia juga berbagi pengalaman pribadinya yang berangkat dari dunia pendidikan keagamaan. Ia mengungkapkan bahwa sebelum dipercaya mengemban amanah sebagai anggota DPD RI, dirinya pernah menjadi guru ngaji dan pengajar Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ).
Pengalaman tersebut, lanjutnya, menjadi fondasi penting dalam membentuk kepekaan sosial dan tanggung jawab moral. Ia meyakini bahwa setiap tutur kata dan sikap seorang guru akan direkam, ditiru, dan dimaknai oleh para santri dan murid dalam jangka panjang.
“Mendidik bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi juga keteladanan. Nilai-nilai yang ditanamkan guru ngaji akan tumbuh menjadi karakter anak-anak didik kita,” tuturnya.
Peringatan Harlah Gus Dur dan NU ini juga dipandang sebagai pengingat akan besarnya peran pesantren, guru ngaji, dan komunitas keagamaan dalam merawat warisan pemikiran Gus Dur yang menjunjung tinggi kemanusiaan, toleransi, dan keadilan sosial.
Ning Lia berharap, melalui penguatan peran guru ngaji, nilai-nilai luhur tersebut terus hidup dan relevan di tengah dinamika masyarakat modern. Ia pun mengajak para guru ngaji untuk tetap istiqamah dalam pengabdian, sembari mendorong negara dan organisasi keagamaan agar hadir memberikan perlindungan serta penghargaan yang layak atas jasa mereka.
“Momentum ini menjadi titik temu antara refleksi sejarah dan ikhtiar bersama membangun masa depan yang lebih berkeadilan,” pungkasnya. (Red)


Komentar