|
Menu Close Menu

Puluhan Ribu Janda dan Duda Baru Muncul Tiap Tahun, Ning Lia Soroti Rapuhnya Ketahanan Keluarga di Jatim

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06.27 WIB

Ning Lia Istifhama, Anggota DPD RI asal Jawa Timur saat wawancara dengan wartawan.(Dok/Istimewa). 
Lensajatim.id, Surabaya— Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama, M.E.I., menyoroti meningkatnya angka perceraian di berbagai daerah di Jawa Timur yang setiap tahunnya melahirkan puluhan ribu janda dan duda baru. Fenomena tersebut dinilai bukan lagi sekadar persoalan domestik, melainkan telah menjadi persoalan sosial yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak.


Berdasarkan data sejumlah Pengadilan Agama (PA) di Jawa Timur, perkara perceraian tercatat terus meningkat dari tahun ke tahun. Gugatan cerai dari pihak istri maupun permohonan talak dari pihak suami menunjukkan tren yang mengkhawatirkan di sejumlah kabupaten dan kota.


“Angka perceraian yang terus meningkat ini menandakan adanya persoalan mendasar dalam ketahanan keluarga. Ini bukan hanya soal putusnya hubungan suami-istri, tetapi juga menyangkut masa depan anak, kondisi ekonomi keluarga, serta stabilitas sosial masyarakat,” ujar Lia Istifhama—yang akrab disapa Ning Lia—pada Selasa (23/12/2025).


Menurutnya, tingginya angka perceraian dipengaruhi oleh beragam faktor, mulai dari tekanan ekonomi, kurangnya kesiapan mental dalam membangun rumah tangga, konflik berkepanjangan, hingga pengaruh media sosial yang kerap memicu perbandingan dan disharmoni dalam kehidupan keluarga.


Ning Lia juga menyoroti adanya kontras narasi di ruang publik. Di satu sisi, data perceraian menunjukkan tren peningkatan, sementara di sisi lain marak konten media sosial yang mengampanyekan ajakan menikah dengan narasi romantis dan serba ideal.


“Imbauan untuk menikah tentu baik, namun harus dibarengi dengan edukasi pra-nikah yang kuat dan realistis. Jangan sampai masyarakat hanya didorong untuk menikah, tetapi tidak dipersiapkan menghadapi dinamika dan tantangan rumah tangga,” tegasnya.


Ia mendorong penguatan program bimbingan perkawinan, konseling keluarga, serta literasi ketahanan rumah tangga, khususnya bagi generasi muda. Menurutnya, kehadiran negara tidak cukup hanya pada aspek legalitas pernikahan dan perceraian, tetapi juga harus menyentuh upaya pencegahan konflik sejak awal.


“Pernikahan bukan sekadar seremoni. Jika angka perceraian terus melonjak, maka yang perlu dibenahi adalah sistem pembinaan keluarga dari hulu ke hilir,” ujarnya.


Lebih lanjut, Ning Lia menekankan bahwa pernikahan merupakan ibadah sekaligus amanah besar yang membutuhkan kesiapan mental, ekonomi, dan kemampuan mengelola konflik. Ia menilai banyak pasangan memasuki pernikahan tanpa bekal yang memadai, sehingga rapuh di tahun-tahun awal pernikahan.


“Dampaknya sangat luas. Anak menjadi korban, perempuan rentan secara ekonomi, dan beban sosial masyarakat semakin meningkat,” jelasnya.


Ia berharap tingginya angka perceraian di Jawa Timur menjadi perhatian bersama, baik pemerintah daerah, tokoh agama, lembaga pendidikan, maupun masyarakat luas, agar institusi keluarga tetap menjadi fondasi yang kokoh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (Red) 

Bagikan:

Komentar