|
Menu Close Menu

Isyarah Langit Gus Dur Presiden Muncul Saat Soeharto Masih Kuat

Kamis, 31 Desember 2020 | 16.56 WIB


Oleh HM. Misbahus Salam


Pada waktu Soeharto berkuasa, hubungan Nahdlatul Ulama yang dipimpin Gus Dur dapat dibilang pasang surut, zig-zag, tidak selalu harmonis dan juga tidak bermusuhan secara general. 


Waktu itu tahun 1990-an, saya masih mahasiswa di Pondok Pesantren Sukorejo Situbondo. Koran dan majalah yang ada berita Gus Dur pasti dicari dan dibaca mahasiswa. Apalagi ada analisa pengamat politik Prof. DR. AS. Hikam yang selalu membela Gus Dur. 


Bila Gus Dur hadir ke Jawa Timur khususnya ke daerah Tapal Kuda untuk acara tabligh akbar, puluhan ribu umat Islam menyambutnya. 


Gus Dur kerap kali mengkritik Presiden Soeharto dan membela kaum lemah yang tertindas. Beberapa kiai juga ada yang tidak setuju dengan langkah Gus Dur. Bila terkait dengan kiai, Gus Dur dawuh selama KH. Hasan Abdul Wafi dan KH. Khatib Umar tidak melarang, saya akan terus jalan. Mungkin demi membela Gus Dur, saat ceramah di alun alun Besuki Situbondo, KH. Hasan Abdul Wafi berdiri di belakang Gus Dur yang sedang ceramah . 


Gerakan Gus Dur memang tidak lepas dari spritualitas kiai yang punya maqom waliyullah yang kadang-kadang kediamannya di pegunungan terpencil.  Dalam hati terbersit mungkin ini yang dikatakan La Ya'riful Wali Illal Wali (tidak tahu pada orang wali kecuali sama-sama walinya). 


Suatu saat Gus Dur ceramah pengajian di Situbondo, selesai pengajian Gus Dur ingin bertemu dengan Kiai Muhtadi di daerah Giri, Banyuwangi. Alhamdulillah saya bisa ikut satu mobil dengan Gus Dur. Kiai Muhtadi ditemani HM. Ikram Hasan dan KH. Zainullah Johar. Ternyata Kiai Muhtadi tidak berkenan menemui Gus Dur di dalemnya, dan ingin ketemu Gus Dur di dalemnya KHR. Achmad Fawaid As'ad , hanya bertiga, sekitar jam dua belas malam ke atas. 


Ketiga Kiai (Gus Dur, Kiai Fawaid dan Kiai Muhtadi) itu bertemu dan semua pengawal berada di luar. Wallahu a'lam apa yang mereka bicarakan. Hanya saya menerima sedikit bocoran sedikit Gus Dur akan jadi presiden. Pertemuan itu sekitar tahun 1996. Padahal Orde Baru masih kuat, dan Gus Dur belum mendirikan partai. Bagi saya, itu isyarah langit, yang sangat mungkin terjadi. 


Gerakan Gus Dur selalu dibuntuti oleh Intel. Waktu Gus Dur ceramah di Pondok Pesantren Sumberwringin yang diasuh KH. Khatib Umar, selesai ceramah mobil Gus Dur  dibuntuti polisi. Spontan Gus Dur turun dari mobil mendatangi polisi yang membuntuti, dan peristiwa itu sempat diliput media. Tanda kewalian Gus Dur sangat tampak dan tidak takut ditembak,  turun dari mobil tanpa pengawal. 


Gus Dur dan KHR. Achmad Fawaid serta beberapa kiai sepuh  kerap kali bertemu dan berjuang melalui forum-forum kiai khas. Berbagai elemen, termasuk mahasiswa juga ikut mengkritiknya hingga akhirnya terjadi demo besar-besaran yang menuntut Presiden  Soeharto mundur. Tekanan massa yang begitu dahsyat membuat Soeharto harus mengubur impiannya  untuk terus bertengger di kursi presiden. Iapun mengundurkan diri, dan jabatan presiden diteruskan oleh Habibi. 

Dan beberapa waktu kemudian, Gus Dur benar-benar terpilih sebagai presiden.


Penulis adalah Pengasuh Yayasan Raudlah Darus Salam Sukorejo Bangsalsari, Jember 


Tulisan untuk Haul Gus Dur ke 11, dan mengenang  KHR. Achmad Fawaid As'ad

Bagikan:

Komentar