|
Menu Close Menu

Pada Acara Remaja Masjid, Eks Wali Laskar FPI Ingatkan Bahaya Gerakan Radikalisme di Kalangan Remaja

Selasa, 19 Januari 2021 | 18.07 WIB


Ahyad Saepulloh, Eks Wali Laskar FPI Kota Bandung


lensajatim di Bandung-
Eks Wali Laskar Front Pembela Islam (FPI), Kota Bandung, Ahyad Saepulloh memilih melakukan dakwah dari masjid ke masjid dengan dakwah yang santun dan menyejukkan. 

Dalam acara Pengukuhan Pengurus Ikatan Remaja Masjid (IRMAS) pria yang akrab disapa Ugie ini mengajak semua pihak untuk tidak memandang sebelah mata pada remaja masjid dan juga mengingatkan bahwa remaja saat ini sering menjadi incaran bagi penyebaran gerakan radikalisme, utamanya lewat media sosial. 


Ia menjelaskan, bahwa melalui remaja masjid, kekosongan peran orangtua dalam mendidik nilai-nilai keagamaan, dapat terisi. Dengan demikian, ketika nantinya sudah menginjak dewasa dan bersentuhan dengan budaya dan peradaban lain, mereka tidak lagi kaget karena telah memiliki pegangan nilai yang kuat.


Keberadaan Remaja Masjid, katanya, jangan sampai dipandang sebelah mata, tapi harus mendapatkan pengakuan dan bimbingan supaya peran mereka dalam menangkal perilaku-perilaku negatif dapat berjalan. Karenanya, pembinaan remaja masjid menjadi sebuah keniscayaan mengingat tantangan zaman sekarang demikian berat.


"Dengan majunya teknologi informasi, mereka dengan mudahnya mengakses informasi yang kadang tidak bermanfaat, bahkan saat ini banyak pelaku teroris direkrut dan didoktrin melalui media sosial,"  tukas Ugie pada acara yang digelar di Masjid Assyarbinyah, Jl. Batu Rengat RT/RW.02/13 Kel. Cigondewah Kaler, Kec. Bandung Kulon, Kota Bandung. Selasa (19/01/2021).


Ugie berharap Remaja Masjid untuk mengambil peran lebih besar dalam masalah-masalah sosial, seperti kemiskinan, kebodohan, buta huruf, narkotika dan lainnya. Dengan begitu, remaja masjid bisa menjadi solusi mengatasi kegalauan remaja yang masih mencari jati diri.


Di era digital, kaum radikalis menjadikan remaja sebagai sasaran ajaran ‘sesat’. Hanya dengan memanfaatkan media sosial, situs, dan juga berbagai fitur virtual, kaum radikalis ‘merangkul’ remaja. Radikalisme disebar dengan gencar, dan disambut milenial yang merupakan digital native dengan sangat terbuka. "Alhasil, belajar agama hanya melalui internet harus menjadi kewaspadaan bersama. Jangan sampai, remaja yang memiliki ghirah untuk belajar agama tersesat dengan pengetahuan agama yang sengaja dimodifikasi oleh kaum radikal," bebernya.


Selama ini, kata dia, generasi muda identik dengan tawuran, penyalahgunaan narkoba, saling menghina di media sosial dan berbagai bentuk kenakalan khas remaja.


Lewat IRMAS ini merupakan upaya pemberdayaan dan pembinaan bagi remaja yang ada di masyarakat adalah melalui organisasi yang pusat kegiatannya adalah di masjid. Idealnya, seluruh masjid yang berada di kota maupun di desa mempunyai organisasi semacam IRMAS yang tujuannya adalah untuk memakmurkan masjid dan mengarahkan para remaja muslim agar dalam kehidupannya mengikuti norma-norma yang telah di tetapkan oleh agama islam.


Kegiatan yang diisi oleh Eks Wali Laskar FPI ini juga dihadiri oleh Kapolsek Bandung Kulon, Danramil Bandung Kulon, Babinsa, Perwakilan Camat Bandung Kulon. (Si/Had)


Bagikan:

Komentar