|
Menu Close Menu

Mendadak Mundur sebagai Kandidat Ketua Ansor Surabaya, Mundir Malah Berikan Dukungan ke Holil

Kamis, 25 Februari 2021 | 20.01 WIB

 

Caption : M. Mundir ( kiri) resmi mundur untuk mendukung Abdul Holil sebagai kandidat Ketua dalam Konfercab Ansor Surabaya. foto : istimewa.

lensajatim id Surabaya- Konstelasi menjelang konferensi cabang (Konfercab) GP Ansor Surabaya semakin dinamis. Sejumlah kandidat pun mulai muncul ke permukaan untuk bersaing dengan petahana, Faridz Afif. 


Muhammad Mundir, salah satu kandidat ketua menyatakan resmi mundur dari pencalonan. Selanjutnya, Ketua Rijalul Ansor Surabaya itu akan mengalihkan dukungan kepada Abdul Holil. Ia juga akan ikut mengantar Holil saat pendaftaran, ba'da salat Jumat. 


"Melihat dukungan di bawah yang mengerucut pada sosok Abdul Holil, saya pun tak bisa mengabaikan aspirasi arus bawah tersebut. Karena itu, saya putuskan mundur dari pencalonan untuk memberi kesempatan kepada sahabat Abdul Holil yang lebih layak. Saya lahir batin mendukung sahabat Holil," tegas Mundir, Kamis (25/2/2021).


Keluarga Pondok Pesantren Nurul Huda, Sencaki, Surabaya ini membantah isu-isu diluar bahwa perubahan sikapnya dalam konteks pencalonannya di konfercab akan bermuara kembali ke petahana. Justru, saat ini dirinya dan Holil bersatu dalam kontestasi melawan petahana.


Mundir mengaku awalnya ia memang mendapat dukungan dari beberapa pengurus ranting dan PAC untuk mencalonkan diri sebagai ketua cabang. Saat itu, calon yang muncul baru petahana, sehingga sempat muncul isu aklamasi. 


"Setelah sahabat Holil menyatakan kesediaan maju sebagai kandidat ketua. Saya sebagai junior pun memilih mundur. Karena secara kapasitas dan dukungan beliau lebih unggul," ujarnya. 


Mundir mengakui pilihannya berkoalisi dengan Holil sudah melalui pertimbangan yang matang. Sebab, Holil tidak hanya mendapat dukungan mayoritas kader Ansor tapi juga direstui para kiai. 


"Mendukung sahabat Holil adalah bentuk ikhtiar untuk membawa GP Ansor Surabaya lebih baik, santun dan bermartabat. Soal beda pilihan adalah dinamika biasa dalam organisasi. Jangan beda, lalu dianggap musuh dan pengkhianat. Prinsipnya semua adalah sahabat," pungkasnya. (Had/Red)

Bagikan:

Komentar