|
Menu Close Menu

Dari Hutan Ke Senayan, Untold History Of Ir. H Nur Yasin, MBA (Bagian-1)

Selasa, 15 Juni 2021 | 15.31 WIB




Oleh :  Moch Eksan


Opini-Dari 711 anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), ada seorang putera terbaik dari Kabupaten Jember. Seorang pengusaha politisi yang meniti karir dan keluarga dari hutan Kalimantan di saat merancang 1 juta pemukiman transmigrasi.


Seorang ahli planologi lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang bergabung dengan perusahaan konsultan tata ruang kota asal Inggris, Denmark dan Amerika, PT Tricon & Clayde Survey, PT Multi Phi Beta & Kampsax dan Black and Vate.


Berarti ada seorang eksekutif asal Indonesia yang bekerja di perusahaan multinasional dengan fasilitas gaji dan bonus besar. Perusahaan ini memenangkan lelang proyek perencanaan transmigrasi di Kalimantan yang disokong oleh World Bank (Bank Dunia) dan Asian Development Bank (Bank Pembangunan Asia).


SEKILAS KELUARGA

Ia adalah Ir H Nur Yasin MBA. Seorang anak keturunan pembabat hutan Sukorejo Sumbersari Jember asal Pamekasan Madura. Kakeknya H Abdul Karim tokoh setempat yang membidani Kelurahan Sukorejo bersama 8 keluarga migran lainnya.


Waktu itu di awal abad ke-19, Jember merupakan wilayah afdeling dari Regentschap Bondowoso yang masih hutan belantara. Baru setelah Hinda Belanda menggalakkan industrialisasi perkebunan dan pembukaan stasiun Kereta Api pada 1 Juni 1897, gelombang imigrasi penduduk terjadi besar-besaran dari daerah Madura dan Mataraman.


Bersamaan dengan imigrasi itulah, kakek buyut Pak Yasin membangun keluarga. Dari H Abdul Karim dan Hj Aminah, lahirlah seorang Halimah yang kemudian menikah dengan seorang lelaki bernama Subali, putra Suparto, karyawan PTPN XII, asal Sumber Pinang Pakusari.


Dari pasangan Subali-Halimah ini lahir anak laki-laki yang diberi nama Liawi. Karena sering sakit-sakitan, kakeknya mengganti nama Liawi dengan Nur Yasin yang berarti cahaya Nabi SAW.


Yasin merupakan nama Surat ke-36 dari 114 nama surat Al-Qur'an. Yasin sendiri merupakan salah satu nama sebutan dari Nabi Muhammad SAW. Seperti dalam teks sholawat Badar.


'Shalatullah Salamullah

Ala Toha Rasullilah

Shalattullah Sallamullah

Ala Yasin Habibillah.


Tawassalna Bibismillah

Wabil Hadi Rasulillah

Wakulli Mujahidilillah

Bi Ahlil Badri Ya Allah'.


Ibu Halimah melahirkan bayi Nur Yasin pada Sabtu, 7 Agustus 1954 Masehi. Ini bertepatan dengan  Sabtu Pon, 7  Dzulhijjah 1373 Hijriyah. Zodiak Leo, dan Shionya Kuda. 


Ditinjau dari zodiak Leo, benar Pak Yasin dewasa bersifat pemberani, berjiwa pemimpin, suka menjadi pusat perhatian, tipe orang yang mudah bergaul, ekstrovert, menyukai kebersamaan dengan banyak orang, penuh rasa sayang, memperlakukan orang dengan rasa hormat dan perhatian, dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi.


Sementara dari Shio Kuda, terbukti Nur Yasin dewasa, hidupnya stabil, kuat, mampu membuat keputusan, memiliki kemampuan berinteraksi sangat baik, dan sukses membangun hubungan pribadi dan profesional.


Ala kulli hal, Pak Yasin menunjukkan keberanian dalam mengambil keputusan dengan segala resiko. Sekurangnya ada 4 peristiwa penting dalam perjalanan hidupnya. Lebih jelas pada uraian selanjutnya.


MEMILIH TAK PNS

Peristiwa pertama, Pak Yasin menolak tawaran menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan lebih memilih bergabung dengan perusahaan luar negeri.


Setelah lulus dari ITB pada 1980, Pak Yasin mampir ke kantor Ir Handiono Sasono, Kepala Dinas Tata Kota Propinsi Jawa Timur, yang notabene alumni ITB angkatan 1961. Waktu itu ia menyampaikan sudah lulus dari Fakultas Tehnik Sipil dan Perencanaan ITB, dan akan mengikuti wisuda. Seketika itu, ia ditawari bekerja di OPD lingkungan Pemprov tersebut.


Tak lama berselang, Pak Yasin menerima surat pemberitahuan diterima sebagai calon PNS dan diminta segera datang ke Surabaya. Ia sangat terkejut, sebab tak merasa mengajukan surat lamaran dan juga tak mengiyakan tawaran seniornya yang sealmamater sewaktu mampir di kantornya dulu. 


Sejurus dengan itu, Pak Yasin juga menerima kejutan kembali dari Subronto, senior angkatan alumni Planologi ITB, memintanya datang pada besok harinya ke kantor PT Baterka Wahuna (BW). Tiba-tiba, ia ditunjuk sebagai team leader dalam merancang pemukiman transmigrasi di Kalimantan Tengah.


Subronto langsung meminta Pak Yasin berangkat keesokan harinya ke Pangkalan Bun bersama tim. Mereka para insinyur geodesi, ahli agronomi, ahli ilmu tanah, ahli kehutanan dan tujuh surveyor lainnya.


Dalam benak Pak Yasin berkecamuk hebat di antara dua pilihan sulit tersebut. Ia mantap memilih berangkat ke Pulau Borneo daripada ke Surabaya. Apalagi, setelah membandingkan fasilitas antar jadi PNS dan konsultan perencanaan di perusahaan. Gaji PNS waktu itu jauh lebih rendah dari karyawan perusahaan.


Pilihan Pak Yasin ternyata tepat. Setelah itu karirnya sebagai ahli planologi kian moncer. ia seringkali diajak bergabung dan kerjasama dalam mengerjakan proyek perencanaan semisal dari perusahaan dalam dan luar negeri. Ia pernah bergabung dengan PT Tricon milik Amir Joyohadikusumo dalam mengerjakan proyek di Kalimantan Barat.


Dalam waktu bersamaan, Pak Yasin juga mengerjakan dua paket proyek dari PT Multi Phi Beta & Kampsax dan Black and Vate di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Semua paket proyek tersebut dipimpin oleh Supardja, teman sejawat sesama alumni geologi ITB.


Di berbagai proyek kerjasama tersebut, prestasi kerja Pak Yasin menonjol. Sehingga ia ditarik oleh perusahaan asal Denmark dan jabatan terakhir sebagai marketing manager pada 1988. Pada saat itu, ia berusia 35 tahun dan satu-satunya orang Indonesia yang bergelut di managemen perusahaan.


*Moch Eksan, Pendiri Eksan Institute

Bagikan:

Komentar