|
Menu Close Menu

Muktamar NU dan Natal 2021

Sabtu, 25 Desember 2021 | 09.31 WIB



Oleh Moch Eksan

Lensajatim.id, Opini-Ketua Panitia Pengarah Muktamar Nahdlatul Ulama (NU), Prof Dr HM Nuh MA pada sesi wawancara Blak-blakan di Detikcom (10/12/2021), mengungkapkan alasan mengapa Muktamar NU dimajukan dari 23-25 Desember 2021. Alasan ingin menghormati umat Kristiani yang merayakan Hari Natal Yesus Kristus.


Para kiai NU tak ingin merusak suasana perayaan Natal 2021 yang bertema; "Cinta Kasih Kristus Menggerakkan Persaudaraan". Inilah wujud umat mayoritas mengayomi umat minoritas.


Berdasarkan hasil  Survey LSI Deny JA, jumlah anggota NU sebanyak 108 juta dari 236 juta penduduk muslim Indonesia. Sementara berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kemendagri, umat Kristiani Indonesia sebanyak 28,82 juta.


Islam damai ala NU yang menarik banyak penelitian dunia. Bahkan, Ahmet T Kuru dari  San Diego State University Amerika Serikat, berharap NU mereformasi citra Islam di dunia. Harapan ini sejalan dengan prakarsa NU dalam mendamaikan konflik agama dan sektarianisme di Irak, Afghanistan dan negara lain.


Dalam konteks lokal, Banser NU telah menjalin kerjasama dengan aparat keamanan dan umat Kristiani Indonesia untuk berpartisipasi mengamankan perayaan Natal. Martin Van Bruinessen, Indonesianis asal Universitas Utrecht Belanda mengatakan:


"Tahun 2000 ada bom meneror 20 gereja dan sejak itulah kalangan Banser NU mengamankan gereja pada setiap perayaan Natal. Itu bukan berarti mereka setuju dengan Natal, tapi mereka menilai pengikut gereja itu juga mempunyai hak hidup'.


Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, mengenalkan konsep humanisme Islam yang berintikan ajaran "rahmah". Dan umat Kristiani mengenal konsep "cinta kasih" dalam ajaran Kristus. Tujuannya membangun kasih persaudaraan yang tulus ikhlas antar sesama manusia.


Pandemi Covid-19 telah membangun persaudaraan kemanusiaan yang sejati dan abadi. Derita musibah membangkitkan rasa senasib sepenanggungan. Inilah dalam keyakinan Kristiani menjadi fondasi dari persaudaraan di atas ikatan darah dan identitas primordial.


Perang dagang antara Amerika dan China dan perang bersenjata di sejumlah kawasan, menghadirkan memori buruk perang dunia ke-1 yang menelan korban 21 juta jiwa dan perang dunia ke-2 menewaskan sebanyak 55 juta jiwa. Pesan damai Muktamar NU dan Natal 2021 sangat penting dan strategis mengingat para pemimpin dunia, bahwa perdamaian adalah syarat mutlak untuk mewujudkan kemakmuran bumi.


Bumi ini amanah Tuhan bagi seluruh manusia untuk dijaga dan dipelihara demi sebesar-besarnya kemakmuran manusia sendiri. Nafsu sarakah dan angkara murka yang telah merusak bumi. Perubahan iklim dan pemanasan global menyatukan agama-agama untuk memberikan seruan moral bersama.


NU dan Muhammadiyah dari Indonesia ikut dalam pertemuan Vatikan Roma, Senin, 4 Oktober 2021. Melalui Paus Fransiskus menyerukan, agar seluruh negara melakukan aksi pembangunan lingkungan guna membatasi kenaikan suhu dunia hingga 1,5 derajat per tahun di atas suhu pra industrial.


Nataru (Natal dan Tahun Baru) mengingatkan pada pesan Gus Dur soal esensi perbuatan baik yang bersifat universal. Persisnya, bapak pluralisme Indonesia mengatakan, "Tak penting apa agama dan suku, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua manusia, maka orang tak pernah tanya apa agamamu".


Muktamar NU dan Natal 2021 memberikan pesan simbolik bahwa agama-agama merasa ikut bertanggungjawab untuk mewujudkan perdamaian dunia dan keselamatan bumi. Tanpa peran serta para agamawan dalam menghadapi krisis sosial dan alam tersebut, maka berarti kebangkrutan agama untuk manusia. Nauzubillah min dzalik!


*Moch Eksan, Pendiri Eksan Institute

Bagikan:

Komentar