|
Menu Close Menu

Wali Kota Usulkan Muktamar 1 Abad NU di Surabaya, Gus Yahya Respon Positif

Kamis, 17 Februari 2022 | 20.54 WIB

Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf melakukan napak tilas ke kantor PBNU pertama yang saat ini digunakan sebagai kantor PCNU Kota Surabaya. (Dok/Istimewa).

Lensajatim.id, Surabaya - Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) melakukan napak tilas dalam rangkaian puncak perayaan Harlah NU ke 99 bersama jajaran pengurus PBNU dan ketua PWNU se Indonesia di Kantor Pusat (Hoofdbestuur) NU Pertama yang kini menjadi kantor PCNU Kota Surabaya, Kamis (17/2/2022). 


Ketum PBNU juga merespon usulan Walikota Surabaya, Eri Cahyadi yang ingin menjadikan kantor PCNU Kota Surabaya menjadi museum dan berharap Muktamar 1 Abad NU dilaksanakan di Surabaya.  


"Saya menyetujui Kantor PCNU Kota Surabaya dijadikan museum supaya bisa terjamin perawatannya.Meski akan dijadikan museum, namun Gus Yahya tetap meminta aktifitas spiritual keagamaan di gedung ini tetap diizinkan," tuturnya.


Gus Yahya juga akan mempertimbangkan usulan dan keinginan warga NU Kota Surabaya yang ingin menjadi tuan rumah Muktamar 1 Abad NU karena NU lahir di Kota Surabaya. 


Usulan itu disampaikan Wali Kota Eri Cahyadi pertama kali secara terbuka saat menerima audiensi Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN). Mas Eri dinobatkan FJN sebagai salah satu dari 12 Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif Jatim 2021.


"Usulan Pak Walikota Surabaya menjadikan Surabaya sebagai tuan rumah muktamar 1 Abad NU akan kami pertimbangkan," tegas Gus Yahya.


Sementara itu, Ketua PCNU Kota Surabaya, Dr. KH Muhibbin Zuhri menjelaskan bahwa gedung PCNU Kota Surabaya merupakan cagar budaya dan memiliki nilai historis tinggi bagi kelahiran NU. Dalam bahasa Belanda gedung ini dinamai Hoofdbestuur yang berarti Pengurus Besar atau Kantor Pusat . 


Sebelum menjadi kantor PBNU pertama kali, gedung ini menjadi kantor Subbanul Waton 1924 yang kemudian menjadi embrio NU, dan baru tahun 1926 menjadi kantor pusat NU. Di era perang kemerdekaan kantor PBNU pernah pindah ke Pasuruan dan Madiun. Namun tahun 1945 kembali lagi ke Surabaya hingga muncul peristiwa sejarah Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 hingga kemudian ditetapkan menjadi Hari Santri Nasional.


"Barulah tahun 1951 kantor PBNU pindah ke Menteng Jakarta dan tahun 1956 pindah ke Kramat Raya Jakarta," jelas pria yang juga menjadi dosen di UIN Sunan Ampel Surabaya. 


Kedatangan rombongan PBNU dan PWNU se Indonesia disambut dengan tari pencak Loro Pangkon dari Sidosermo Surabaya. Kemudian pembacaan sholawat nabi dan tahlil yang dipimpin rais syuriah PCNU Surabaya KH Mas Sulaiman dan doa dipimpin KH Masduki Abdul Ghoni kakak kandung rais a'am PBNU KH Miftakhul Akhyar. 


Sebelum ditutup, Ketum PBNU KH Yahya Cholil Tsaqut didampingi sekjen PBNU Saifullah Yusuf dan Walikota Surabaya Eri Cahyadi melakukan pemotongan nasi tumpeng yang diberikan kepada Habib Luthfi Bin Haddad dan foto bersama dengan latar belakang kantor PBNU pertama. (Had).

Bagikan:

Komentar