|
Menu Close Menu

Peduli Pertanian, Warung Salera Ajak Kaum Muda Sumenep Jadi Pelopor Pertanian

Minggu, 20 November 2022 | 16.59 WIB

Suasana diskusi santai soal dunia pertanian di Warung Salera Kepanjen Sumenep. (Dok/Istimewa).

Lensajatim.id, Sumenep – Warung Salera Sumenep yang bertempat di Jl. HOS. Cokroaminoto No. 16 A Kepanjin, helat diskusi pertanian bertajuk “Atanih ~ Atana’ + Kaya Raya (?): Menakar Kembali Konsep Pertanian Kita”, yang dihadiri oleh kurang lebih 30 orang peserta dari berbagai latar belang. Mulai dari sarjana pertanian, praktisi, pengusaha hasil pertanian, dan masyarakat umum yang memiliki atensi atas dunia pertanian (20/2022).


Topik umum yang menjadi pembahasan dalam diskusi tersebut adalah hal-hal klasik menyangkut persoalan pertanian yang dipandang tak kunjung terurai. Fokusnya lagi adalah peluang yang berpotensi untuk masih bisa disentuh oleh para pegiat pertanian, khususnya generasi petani muda di kabupaten Sumenep. 


“Bertani itu memang gampang-gampang susah. Dibilang gampang karena ada ilmunya, bahkan sebetulnya banyak sekali ilmu-ilmu pertanian itu. Dibilang susah ya karena mempereraktikkan ilmu memang tak segampang berteori. Apa lagi ilmu bertani. Tapi saya yakin, dari pengalaman-pengalaman kami dan temen-temen juga, jika kita memiliki bekal ilmu yang cukup, sabar, tekun dan yakin, insyaallah menuai hasil," tutur Zaini Kalsum, dalam acara diskusi tersebut. 


Hal senada juga disampaikan oleh Rojula, sarjana pertanian, praktisi sekaligus pengusaha hasil pertanian. Menurutnya, salah satu penghambat keberhasilan pertanian, khususnya petani di Madura adalah soal mindset dan berfikir instan.


“Masyarakat madura itu punya adagium atanih-atana’, adhegheng-adheghing. Konsep ini saya kira menarik," tukas Rojula. 


Mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sumenep ini menyampaikan dirinya menangkap pesan filosofisnya begini; dengan bertani kebutuhan pangan akan tercukupi, dan dengan berdagang akan bisa kaya-raya. Ok, selanjutnya ia bertanya, bisa tidak komuditas hasil pertaniaan itu diperdagangkan? Jawabannya sangat bisa. Nah di sinilah sebetulnya PRnya.


" Saya berhipotesa bahwa, kenapah umumnya orang, termasuk para petani kita, memandang pertanian atau bertani itu tidak lagi prospek. Jawabnnya karna mindset bertani mereka hanya berhenti pada tahap sekedar bertani, bukan bisnis pertanian alias ber-agribisnis. Nah, inilah tugas kita Bersama," pungkas pria yang memiliki panggila keren Jula ini. 


Ada dua rekomendasi dari kegiatan yang ber-takeline Jagongan Salera – Nganggi’ Caretah Matemmoh Rassah tersebut. Pertama, perlunya membuka wawasan dan mindset para petani dan stackholder terkait agar konsep pertanian kita harus mampu beranjak pada agribisnis. Kedua, perlunya ada upaya simultan yang mendorong atas  tumbuhnya pelopor-pelopor petani muda profesional. (IM/Red).

Bagikan:

Komentar