|
Menu Close Menu

Gus Heri Ajak Gen Z Membangun Spirit Nasionalisme-Religius dan Berjihad Ekonomi di Era Digital

Rabu, 08 Maret 2023 | 23.30 WIB

Flayer Kegiatan. (Dok/Istimewa).

Lensajatim.id, Surabaya- Hubbul wathan minal iman_ adalah dasar nasionalisme. Hal itu diungkap oleh tokoh intelektual milenial dari Yayasan Pesantren Entrepreneurship Indonesia, yang berkedudukan di Sidoarjo, Jatim. Yaitu, Gus Heri Cahyo Bagus Setiawan.


“Nasionalisme kebangsaan Indonesia, _‘hubbul wathan minal iman’_ cinta tanah air adalah bagian daripada iman. _Subhanallah_ . Indah sekali. Negeri ini sungguh beruntung memiliki NU yang menjadi bagian terpenting dalam membangun nasionalisme. Nasionalisme yang digelorakan oleh KH. Hasyim Asyari, KH. Wahab Hasbullah benar-benar keluar dari hati yang beriman sehingga memunculkan nasionalisme-religius, religius-nasionalis,” katanya.


Dia sampaikan itu saat berdialog melalui 'live IG' di akun Studiagama.id dengan tajuk "Etos _Hubbul Wathan Minal Iman_ , Melihat Jejak Peran Pesantren _Entrepreneurship_ dalam Menjaga dan Merawat Kerukunan di Indonesia", Selasa (7/3/2023).


Dalam diskusi kajian keagamaan yang dipandu Muhammad Sairi, Dosen UIN Jakarta tersebut dia sampaikan peran besar kiai, santri dan pesantren dalam merawat perdamaian, kerukunan dalam beragama dan pergeseran makna jihad di era digital saat ini. 


“Kita semua sepakat bahwa kiai, santri dan pesantren tidak diragukan lagi dalam konteks merawat perdamaian dan kerukunan di Indonesia," kata dia.


Sejarah mencatat perjalanan perjuangan kemerdekaan bangsa ini tidak lepas dari peran kiai, santri dan pesantren dalam merebut kemerdekaan yang kemudian tercetusnya ‘resolusi jihad’ oleh KH Hasyim Asyari,” ujar Founder  Santripreneur Academy ini.


Diskusi keagamaan dan keindonesiaan diruang virtual melalui medsos ‘live IG’ seperti ini penting, menurut pria yang akrab disapa Gus Heri, dimana harapannya bisa memberikan edukasi pentingnya merawat kerukunan dalam keberagamaan kepada masyarakat, khususnya Gen Z yang setiap saat hadir di dunia medsos.


“’Resolusi jihad’ oleh KH Hasyim Asyari dan para ulama NU yang menjadi respon terhadap kondisi kritis yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia pada waktu itu menjadikan resolusi jihad adalah jihad perang satu-satunya dalam sejarah di Indonesia. Maka, kalau jihad nya dulu adalah berperang melawan penjajah untuk mempertahankan kemerdekaan, hari ini jihadnya adalah bagaimana kita merawat bangsa ini agar tetap merdeka, guyub rukun, dan jihad dalam bentuk yang lain misalnya adalah jihad _entrepreneur_ bagaimana kita bersungguh-sungguh dalam berkegiatan _entrepreneurship_ dibidang ekonomi dalam bahasa santri disebut ‘ _jihad fil iqtishadiyah’._ Termasuk jihad di era digital saat ini adalah bagaimana kita tidak menyebar hoax yang dapat memecah belah kerukunan di Indonesia, ini adalah jihad,” tegas Gus Heri yang juga merupakan Wakil Ketua Umum Asosiasi Pesantren Entrepreneur Indonesia.


Masih dalam penjelasan Gus Heri, bahwa tidak hanya soal kerukunan dan pemaknaan jihad di era digital, dia juga memberikan pesan kepada audiens yang khususnya banyak diikuti oleh mahasiswa di bidang ilmu studi agama-agama, untuk mensyukuri nikmat hidup di Indonesia yang begitu beragam.


“Kita harus bersyukur hidup di tanah air yang kita cintai ini. _Pertama_ , kita pernah punya pemimpin nasional sosok kiai ulama yang jadi Presiden RI ke 4 yang luar biasa menjadi teladan bagi kita dalam konteks keberagaman, yaitu KH. Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, sosok yang sangat toleran, menghargai keberagaman dalam berbagai hal, terutama keberagaman suku, agama, budaya dan ras. _Kedua_ , keragaman ras, budaya, suku dan agama yang ada adalah simbol persatuan yang harus terus kita jaga, kita rawat agar tetap utuh dan harmonis dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, sebagaimana karakter santri yang kita diajarkan terbiasa bersosialisasi dengan berbagai karakter keragaman kecerdasan dan tradisi mencerdaskan keberagaman,” tutup Kandidat Doktor Ilmu Manajemen Universitas Airlangga Surabaya. (Red).

Bagikan:

Komentar