|
Menu Close Menu

Mengenal Tari Tradisi Mandalungan Gelang Soko

Selasa, 11 April 2023 | 08.29 WIB

Penampilan Tari Gelang Soko di acara BISA Fest di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. (Dok/Istimewa).

Lensajatim.id,  Pasuruan- Provinsi Jawa Timur merupakan daerah yang kaya akan kebudayaan dan kesenian. Salah satu seni yang ada di Jawa Timur adalah tari tradisional Mandalungan. Mandalungan merupakan perkawinan kultur Madura dengan Jawa menghasilkan corak khusus yang disebut Mandalungan.


Salah satu tari Mandalungan adalah Tari Gelang Soko. Tari ini adalah salah satu tarian di Kabupaten Pasuruan yang tampil dalam acara BISA FEST : Pesona Tari Tradisi Mandalungan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI di Finna Golf & Country Club Resort, Prigen Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Sabtu, (08/04/2023).


Para Penari Gelang Soko saat foto bersama dengan Mohammad Haerul Amri, Anggota Komisi X DPR RI . (Dok/Istimewa).


Dalam kegiatan itu juga hadir anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi NasDem yaitu Mohammad Haerul Amri atau yang akrab disapa Gus Amri.


Tari Gelang Soko ini dibawakan oleh penari dari Sanggar Dapur  Kesenian Wilwatikta (DKW Art Perform), Pandaan Kabupaten Pasuruan. Hari Mudji Wahjono, Pimpinan Sanggar DKW menceritakan, Tari Gelang Soko merupakan seni tari yang penarinya menggunakan gelang kaki yang berasal dari perpaduan antara tradisi Jawa dengan Madura atau keturunan Madura yang hidup dan menetap di daerah Jawa Timur kebanyakan di pesisir atau di daerah timur.


"Seperti halnya dengan logat,  maka gerak tari itu sendiri kita buat  sesuaikan mendekati dan kita kuatkan pada itu campuran antara Jawa dan Madura," kata Hari Mudji Wahjono kepada media ini, Sabtu, (08/04/2023).


Penari Gelang Soko saat foto bersama dengan Pimpinan Sanggar DKW Hari Mudji Wahjono. (Dok/Istimewa).


Sedangkan gelang kaki yang digunakan para penari mengingatkan pada gambar-gambar nenek moyang dulu (orang Madura). Dimana, kata pria yang akrab disapa Klantung itu, gelang identik  dengan gelang di tangan, tapi yang mereka pakai ada di kaki.


"Tari ini sudah lama dan kita modifikasi lagi dengan pola kehidupan anak sekarang dan selera anak sekarang. Jadi, gerak-geriknya yang monoton dan yang tidak menarik kita rangkai kembali hingga menarik dan kita namakan Gelang Soko (Madura, red)," Tuturnya.


"Kita sisipi lebih banyak logat Madura. Termasuk vokal menggunakan Madura," sambungnya.


Pihaknya menambahkan bahwa gelang kaki yang digunakan penari memiliki makna kegembiraan anak-anak atau remaja yang bercengkrama, bergembira, bersenang-senang bersukacita bersama-sama dengan para remaja-remaja yang lain.


"Makna dalam tarian ini sebenarnya ingin menyampaikan pesan kebahagiaan kepada para penonton Tarian Tradisi Mandalungan ini," tegasnya.


Ditanya soal jumlah penari, kata Klantung, jumlah penari disesuaikan  dengan kapasitas panggung. Bahkan tidak jarang tarian Tradisi Mandalungan digunakan untuk masal atau sekala banyak.


"Jumlah idealnya untuk kapasitas penari berjumlah 50 atau 100 lebih.  Menyesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas tempat tari," imbuhnya.


Untuk itu, pegiat tari sejak 1974 ini berharap, dengan adanya kegiatan tersebut bisa berkelanjutan. Pasalnya, di samping memberikan kesempatan kepada kreator juga  bisa melihat dan menikmati hasil karya seni tersebut.


"Yang paling utama adalah apresiasi kepada semua pihak. Karena dengan adanya apresiasi ini dapat memacu kami sebagai pelaku sanggar atau tari," tandasnya.


Selain tarian Gelang Soko, kegiatan itu juga menampilkan tarian  Tari Moncer dari Sanggar Tari Kridha Perdana,  Tari Anggulung Ombak ing Khananan dari Sanggar Tari Omah Seni Kenari, dan Tari Solah Ketingan dari Sanggar Tari Purwacarita. (Zi/Had).

Bagikan:

Komentar