|
Menu Close Menu

Makna GOROMAN ( Gotong-Royong dan Mandiri)

Kamis, 04 Mei 2023 | 14.38 WIB



Oleh : Sunanto 


Lensajatim.id, Opini-Mengutip Fahruddin Faiz dalam youTube ngaji filsafat dalam tema gotong-royong  Cuma banyak di antara kita, yang tidak terlalu paham  apa itu gotong royong, kalau teman-teman di ketahui gotong-royong isinya pasti kerja bakti dalam arti kerja  memang begitu tapi itukan leterlek namanya, karena memang gotong-royong itu kerja, royong itu bersama-sama. Jadi apa sih gotong royong itu, makna esensialnya bahu membahu mewujudkan visi bersama-sama, Indonesia ini mau  dibawa kemana sih, ayo bareng-bareng kita wujudkan jadi hidup bareng- bareng di satu negara paradigmanya tidak boleh paradigma konflik. Paradigma konflik itu pokoknya aku yang benar yang lain salah semua, paradigmanya harus dialog. Kita bareng-bareng kok, niatku baik niatmu juga baik, ia kok beda isinya ayo negosiasi ayo dialog nah itu esensinya gotong-royong.


Bahwa kerjasama itu kaya gimana sih?


Yang pertama tadi benar kerja bakti, kerja bareng, Cuma tidak hanya itu, tidak hanya kerja bersama, misalnya tentang kamu atapnya rusak ya memang kerja bareng-bareng memperbaiki atap bisa juga wujudnya bantulah tetanggamu, sehingga dia bisa kuat memperbaiki atapnya sendiri, atau juga berdayakan dirimu, mungkin rumahmu yang atapnya rusak sehingga kamu tidak jadi beban meskipun atapmu rusak kamu bisa memperbaiki atapmu sendiri, itu juga gotong-royong. Jadilah orang pinter, biar kamu mandiri dan tidak jadi beban orang lain, lho ini juga partisipasi dalam gotong-royong bukan hanya kerja baren-bareng bersihkan masjid, bersihkan kamar mandi iya itu juga gotong royong, tapi makna yang lebih esensial misalnya jadilah orang yang jaga kebersihan sehingga takmirnya tidak sering-sering ngepel, itu juga bantu kerja bareng-bareng. Jadilah orang yang taat lalu lintas sehingga tidak mengganggu jalanya lalu lintas yang lain, itu gotong-royong, jadilah orang baik, sehingga kebaikanmu menular ke orang lain, itu juga gotong-royong. Makanya segala hal yang konotasinya untuk kebaikan itu akan kita berkontribusi kepada dunia lebih baik itu sebenarnya prinsip gotong-royong. Kenapa gotong-royong oleh  presiden kita soekarno dijadikan prinsip yang paling esensial.


Ekasila boleh lupa prinsip yang lain tapi jangan lupa yang esensi, gotong-royong saling berkontribusi mewujudkan cita-cita tidak sekedar untuk kepentingan sendiri. Jika kamu belajar niatkanlah, saya makin pintar syukur-syukur saya bisa kasih kontribusi, paling tidak, tidak membebani nah itu juga kerja bareng-bareng kalau semua perang visinya semacam ini, mewujudkan visi kebangsaan, cita-cita bersama itu lebih mudah gotong-royong itu tidak sama dengan sedekah, tidak sama dengan kasih orang lain mereka tidak mampu saya bantu biar mampu, konotasinya tidak begitu. Konotasinya bukan memberi dan menerima tapi kerja bersama-sama. Logika memberi dan menerima ini sering rusak pemerintah merasa berjasa pada rakyat, rakyat merasa penting, lebih penting daripada pemerintah, ini nanti logikanya memberi menerima, siapa mengatur siapa diatur dengan logika ini yang terjadi ya, siapa yang kuat siapa yang menindas. Logikanya jangan memberi dan menerima, yo sudah kewajibannya masing-masing. Karena disitu memberi dan menerima, bagi yang diberi jadinya akan merasa lemah dan tidak percaya diri bagi yang memberi ada rasa arogan. Kalau bukan jasaku, kalau bukan karena aku itu gawat.


Jadi kita ini kerja bareng-bareng  tidak ada mana lebih tinggi mana lebih rendah, bukan memberi bukan menerima berarti kita ini setara. Tapi tidak seragam, kenapa? Karena saya disini dan kalian disana kan fungsinya beda, peran yang dimainkan juga beda. Visi kita sama, tujuan kita sama peran yang kita mainkan beda-beda, posisi kita beda, macam-macam tapi cita citanya satu itulah nanti yang jadi Bhineka Tunggal Ika.


(* Penulis adalah Mahasiswa S3 Pendidikan Dasar Universitas Negeri Surabaya


Bagikan:

Komentar