Ilustrasi. (Dok/Istimewa). |
Oleh Moch Eksan
Lensajatim.id, Opini- Setengah tahun terakhir, saya seringkali tinggal di Jakarta. Namun, keluarga tetap di Jember. Istri dan anak-anak tak beranjak dari Perum Pesona Surya Milenia, depan Universitas Islam Negeri KH Achmad Shiddiq (UIN KHAS), Mangli, Kaliwates, Jember, Jawa Timur.
Saya pulang beberapa hari ke Jember, khusus untuk menyalurkan hak pilih sebagai warga Jember dan Jawa Timur. Sebagaimana daerah di seluruh Indonesia lainnya, sekarang ini di daerah asal saya juga menggelar pilbup dan pilgub pada Rabu, 27 November 2024.
Untuk pilbup ada 2 pasangan calon bupati dan wakil bupati Jember, yaitu pasangan Hendy-Firjaun dan Fawait-Djoko. Sedangkan untuk pilgub, ada 3 pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur, yaitu Luluk-Lukman, Khofifah-Emil, dan Risma-Hans.
NasDem memilih mengusung pasangan Fawait-Djoko untuk pilbup Jember, dan pasangan Khofifah-Emil untuk pilgub Jawa Timur. Sebagai aparatur partai, saya sami'na waato'na atas keputusan partai tanpa bergeming sedikitpun.
Apalagi partai telah melakukan penjaringan dari bawah. Nama-nama yang muncul disaring kemudian ditetapkan oleh DPP Partai NasDem guna diusung bersama partai koalisi pendukung Gus Fawait dan Bu Khofifah. Kini saatnya, seluruh fungsionaris, kader dan simpatisan NasDem mencoblos paslon yang diusung partai.
Tak ada niatan sekecil biji dzarrah pun untuk berbuat serong dengan mencoblos paslon lain. Saya sudah meminta keluarga untuk menitipkan amanah kepada Gus Fawait dan Bu Khofifah. Dua figur yang secara pribadi saya kenal sebagai politisi berbakat dari nahdliyin.
Saya bersaksi kedua tokoh di atas merupakan putra putri terbaik yang memiliki gagasan dan rekam jejak elektoral untuk memajukan daerah sebagai pintu gerbang baru Nusantara. Visi misi dan program besar ini membutuhkan support untuk menusantarakan Jawa Timur kembali sebagai bekas daerah Kerajaan Majapahit.
Dalam hubungan dengan Majapahit ini, saya ingat dua lagu daerah Jember dan Jawa Timur yang ikonik berikut ini:
Duh Ya Lek... Tanah Aeng Daun Emas Nusantara)
Hijau luas membentang,
Nusantara Biru langit melintang,
Indonesia Tanah terbelah emas
Pasir putih bayur menyapa
Tarian pulauku menyambut Hikayat
Sang Pamacah Nyara Longguh Sadejena (Mari Duduk Semuanya)
Aghember Ate Se Bunga (Menggambar hati yang gembira)
E ya e ya e ya e ......
Surga Turun, Lembah di Timur
E Ya e ya e Ya e ....
Tanah Leluhur yang Makmur
E ya e ya e ya e . ...
Surga Turun, Lembah di Timur
E ya e ya e ya e .....
Jember Nusantara Hijau luas membentang,
Nusantara Biru langit melintang,
Indonesia Duh Gusti Kang Moho Agung,
Paringi Pinayungan Berkah Sakjeroning Negeri (Wahai Tuhan Sang Maha Agung, Payungi Negeri Kami Dengan Berkah )
Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Ing Gusti Gemah Ripah Loh Jinawi Runduk Padi, Citra Hati
Juga lagu mars Jawa Timur berikut ini:
Satukan langkah Jawa Timur jaya
Membangun masyarakat aman sejahtera
Gotong royong dasar semangatnya
Adil makmur berakhlak mulia tujuannya
Pelayanan prima tugas di pundak kita
Jalan menuju masyarakat sejahtera
Kobarkan semangat layani masyarakat
Parasamya Purnakarya Nugraha hasilnya
Majulah Jawa Timur bumi Majapahit
Musyawarah mufakat budayanya
Rakyatnya pekerja keras luar biasa
Pancasila pandangan hidupnya
Jadi, Majapahit bagi saya bukan nama hotel, bukan nama jalan, bukan nama sebuah kerajaan di Jawadwipa, akan tetap satu kesatuan wilayah kekuasaan dan identitas budaya bangsa yang mewariskan nilai-nilai luhur dan agung bagi keindonesiaan.
Sejatinya, Keindonesian dengan 4 pilar kebangsaan, dua di antaranya bersumber dari Kitab Sutasoma karya Empu Tantular di era Majapahit. Pancasila itu bersumber dari Panca Karma. Dan Bhineka Tunggal Ika berasal dari Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa.
Ini berarti, Majapahit memiliki kontribusi fundamental bagi tegak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tanpa Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, Indonesia tidak akan ada. Sekurang-kurangnya, negeri ini menjadi negara yang mudah goyah dan rapuh dihempas oleh pertarungan ideologi dunia dan disrupsi pembanguan nasional.
Tak berlebihan, bila Khofifah mencanangkan "Jawa Timur Gerbang Nusantara Baru" setelah perpindahan ibu kota negara dari Jakarta ke IKN. Hal ini lantaran Jawa Timur menjadi pintu gerbang konektivitas Indonesia Timur dan Barat, pusat pertumbuhan ekonomi, dan lumbung pangan nasional.
Terkait dengan hal tersebut, saya lapor kepada Komisioner Bawaslu Jember, Ummul Mukminat, mengapa saya dan keluarga belum menerima Form Model C6? Surat Pemberitahuan Pemungutan Suara Kepada Pemilih ini bagi saya, sangat penting.
Sebab, Model C Pemberitahuan KWK ini adalah bukti pengakuan negara terhadap hak pilih, sumber informasi hari, tanggal, waktu dan lokasi TPS, serta kepastian aspirasi tersalurkan dengan baik dan benar.
Saya berterima kasih pada penyelenggara pemilu, yang telah menindaklanjuti laporan saya dengan gercep. Paling tidak, sudah ada 4 suara yang dapat diselamatkan dari skenario golput untuk memenangkan paslon tertentu.
Semua ini demi terwujudnya demokrasi yang sehat, meski demokrasi terkadang dibajak oleh kekuatan antidemokrasi dengan menghalalkan cara untuk meraih kemenangan. Na'udzubillahi min dzalik!!!
Moch Eksan adalah Pendiri Eksan Institute dan Wakil Ketua Bidang Pendidikan Politik dan Kaderisasi DPW Partai NasDem Jawa Timur.
Komentar