Rachmat Gobel, Anggota Komisi VI DPR RI. (Dok/Istimewa). |
Lensajatim.id, Jakarta- Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Rachmat Gobel, bertekad mencetak 10 ribu generasi milenial maupun generasi muda Indonesia pada umumnya untuk menjadi pengusaha di bidang elektronik.
"Mereka harus menjadi pribadi mandiri dan memiliki keterampilan teknis. Karena itu, saya akan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk melakukan pelatihan terhadap mereka," ungkap Gobel dalam keterangannya, Jumat (15/11/2024).
Hal itu Gobel sampaikan terkait acara Temu Mitra Industri Bersama Menteri Ketenagakerjaan, Selasa (12/11). Acara berlangsung di Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Bekasi, Jawa Barat, balai latihan kerja milik Kementerian Tenaga Kerja.
Hadir dalam acara itu Menaker Yassierli, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masaki Yasushi, Dirjen Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Agung Nur Rohmad, Presiden Federasi Serikat Pekerja Panasonic Gobel Djoko Wahyudi, dan Wakil Direktur Utama Panasonic Gobel Indonesia Heru Santoso.
Pada kesempatan itu, disepakati kerja sama antara Panasonic Gobel Indonesia (PGI) dan BBPVP berupa peresmian Panasonic HVAC Training Center (PHTC), yaitu pusat pelatihan dan sertifikasi di bidang heating, ventilating, dan air conditioning (HVAC). Pusat pelatihan itu ditujukan bagi masyarakat umum dan para pencari kerja.
Dalam kesempatan tersebut, Wadirut PGI Heru Santoso menyatakan, mereka akan dilatih keterampilan praktis, pemahaman produk, instalasi, perbaikan, teknik pengelasan (brazing), serta perawatan sistem tata udara dan ventilasi.
"Kerja sama ini untuk mendukung pemerintah menurunkan angka pengangguran di bawah 3%," katanya.
Menurut Heru, para lulusan program pelatihan tersebut akan mendapatkan sertifikat dari Panasonic maupun BNSP.
Sedangkan Andrew de Bratakusumah, Direktur After Sales Services PT Gobel Dharma Nusantara, mengatakan, Panasonic Gobel telah menjalin kerja sama dengan dua balai besar lain, yaitu di Medan dan Semarang.
Selain itu, pihaknya memiliki kerja sama dengan 260 sekolah menengah kejuruan (SMK) dan 250 pusat service di seluruh Indonesia. Selanjutnya akan terus diperluas kerja sama tersebut dengan balai di kota-kota lain agar target 10 ribu pengusaha jasa layanan elektronik bisa tercapai.
Lebih lanjut Gobel mengatakan, tingkat pengangguran di Indonesia masih tergolong tinggi, yaitu 4,91% per September 2024 atau 7,47 juta jiwa. Tingkat pengangguran Indonesia lebih tinggi dibandingkan Thailand, Malaysia, maupun Vietnam.
Bahkan data April 2025, tingkat pengangguran di Indonesia tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN. Selain itu, pekerja di Indonesia per Mei 2024 didominasi lulusan SD yaitu 36,54%, SMP 18,15%, SMA 20,55%, SMK 12,09%, D1/D2/D3 2,39%, dan D4/S1/S2/S3 10,28%.
Pada sisi lain, kata Gobel, penduduk Indonesia didominasi generasi milenial karena sedang mengalami bonus demografi. Hal itu merupakan keuntungan tersendiri karena mereka berada di usia produktif.
"Ini peluang untuk menggenjot ekonomi nasional agar bisa menjadi negara maju dan makmur sehingga pada 2045 cita-cita Indonesia Emas akan tercapai," katanya.
Untuk itu, mereka harus dibekali dengan berbagai keterampilan agar lebih produktif. Hanya saja, Gobel menyatakan sebagian besar pekerja Indonesia hanya berpendidikan SMP ke bawah, sekitar 60%.
Adapun berdasarkan data, total siswa pada tahun ajaran 2023/2024 ialah 53,14 juta, terdiri dari SD 24,035 juta jiwa, SMP 9,97 juta jiwa, SMA 5,31 juta jiwa, SMK 5,08 juta jiwa. Sisanya siswa TK, KB, dan lain-lain.
Sebagai pengusaha di bidang elektronika, Gobel melihat ada peluang bagi generasi muda atau siapa pun untuk merintis usaha jasa perawatan dan perbaikan untuk beragam produk elektronika. Untuk tahap awal akan dilatih tentang pendingin ruangan (AC). Sedangkan untuk tahap selanjutnya untuk semua produk elektronika yang diproduksi Panasonic.
Berdasarkan data yang ada, katanya, tiap tahun ada 4,5 juta unit AC yang terjual dan angkanya terus meningkat. Sedangkan yang terpasang diperkirakan sudah puluhan juta unit AC, sekitar 30 juta unit.
Adapun kebutuhan teknisinya sekitar 0,1% dari jumlah unit. Setiap AC harus dirawat dan dibersihkan setiap 4 bulan. Jadi untuk pemasangan unit baru butuh 4.500 teknisi sedangkan perawatan butuh puluhan ribu teknisi. Ia menargetkan tiap kecamatan terdapat satu teknisi, sedangkan untuk kecamatan yang padat bisa lebih dari satu teknisi. Bahkan untuk kota-kota besar bisa tiap kelurahan ada satu teknisi.
Saat ini, imbuhnya, Panasonic Gobel sudah melakukan pendidikan gratis bagi teknisi AC melalui kerja sama dengan SMK maupun jaringan service AC (Panasonic Authorized Sentra Service). Panasonic Gobel juga sudah melakukan pendidikan bagi generasi muda Indonesia yang ingin magang dan bekerja di Jepang.
"Pasar tenaga kerja Jepang didominasi oleh pekerja dari Tiongkok, Vietnam, dan Nepal. Karena itu, Balai Besar sebaiknya berkolaborasi dengan berbagai pihak agar daya jangkaunya lebih luas lagi," katanya. (RO/MI/*)
Komentar