|
Menu Close Menu

Jatuh Bangun Meraih Kekuasaan, Kisah Inspiratif Prabowo Subianto (Bagian 2)

Jumat, 08 November 2024 | 14.02 WIB

Prabowo Subianto, Presiden RI dalam sebuah acara. (Dok/Istimewa).

Oleh Moch Eksan


Lensajatim.id, Opini- Prabowo adalah perwira tinggi militer yang besar di satuan tempur. Ia tak pernah menjadi komandan teritorial, di tingkat Komando Rayon Militer (Koramil) di tingkat kecamatan sekalipun. Semua karier sejak lulus taruna pada 1974 sampai dengan diberhentikan dari dinas militer pada 1998, di satuan tempur.


Tak kurang dari 24 tahun, Prabowo mengabdi di dunia militer. Selama itu, ia belum pernah mendapat penugasan di bidang politik seperti jabatan anggota dewan atau kepala daerah. Ia murni menjalankan fungsi ketahanan, dan tak pernah menjalankan fungsi politik sebagai wujud dwifungsi TNI.


Sebelum dwifungsi TNI dihapus efektif pada 2004, tentara memiliki kursi parlemen di berbagai jenjang. Ada Fraksi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) di DPRD Kabupaten/kota, DPRD Propinsi dan DPR RI. Jumlah kursinya antara 5 sampai dengan 100 kursi.


Pada era Soeharto, hampir seluruh jabatan kepada daerah, baik di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota dijabat oleh perwira TNI yang menjalankan fungsi politik dari rezim militer. Mereka dipilih melalui mekanisme pemilihan dewan yang sudah disetting sedemikan rupa oleh pemerintah.


Pemerintah berkuasa sangat menguasai parlemen melalui fraksi Golkar yang dipilih lewat pemilu dan Fraksi ABRI yang ditunjuk oleh pemerintah. Kekuatan politik rezim Orde Baru merupakan single majority (mayoritas tunggal) yang bersumber dari ABG (ABRI, Birokrasi dan Golongan Karya).


Dari 12 jabatan yang pernah diemban oleh Prabowo, tak ada satu pun rekam jejaknya di bidang politik militer dan komando strategis teritorial. Ia besar di satuan tempur dan perang dalam membela kedaulatan negara dan ketahanan nasional. Antara lain:


Pertama, komandan peleton para komandan Group 1 Kopassandha 1976.


Kedua, komandan kompi para komando Group 1 Kopassandha 1977.


Ketiga, wakil komandan Detasemen-81 Kopassus 1983-1985.


Kelima, wakil komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad 1985-1991.


Keenam, kepala staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad 1991-1993.


Ketujuh, komandan Group-3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus 1993-1994.


Kedelapan, wakil komandan Kopassus 1994-1995.


Kesembilan, komandan Kopassus 1995-1996.


Kesepuluh, komandan jenderal Kopassus 1996-1998.


Kesebelas, panglima Kostrad TNI AD 1998.


Keduabelas, komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI 1998.


Dari jenjang karier militer Prabowo di atas, sangat jelas bahwa ia pasukan khusus yang punya kemampuan khusus untuk menjalankan mission impossible dari negara. Terutama dalam medan tempur.


Dalam sebuah Podcast Indra J Piliang, Letjen TNI (Purn) Yunus Yosfiah mengatakan bahwa Prabowo kendati menantu Pak Harto, tak ingin ongkang-ongkang kaki dan menggunakan pengaruh keluarga sebagai orang nomor satu di Republik ini untuk memuluskan kariernya di militer.


Prabowo ingin berprestasi sendiri tanpa bayang-bayang mertuanya yang presiden. Sehingga need achievment (kebutuhan untuk berprestasi) yang mendorong ikut di medan perang. Sekurang-sekurangnya, ia dua kali ikut operasi militer di Timor Timur dan Papua.


Sejarah mencatat, bahwa Prabowo merupakan salah satu prajurit yang diterjunkan pada Operasi Seroja. Sebuah operasi militer untuk menganeksasi Timor Leste menjadi bagian integral wilayah kesatuan Republik Indonesia. Operasi ini berlangsung sejak 1975-1999.


Kendati, militer Indonesia menguasai Dili, Ibu Kota Timor Leste, dalam tempo setengah hari, perang Timor Timur berlangsung dalam waktu yang lama. Pasukan yang bertugas datang silih berganti untuk mengendalikan penuh negara bekas jajahan Portugis tersebut.


Prabowo diterjunkan ke daerah operasi pada 1978. Ia bergabung dengan pasukan Yunus Yosfiah yang melakukan operasi khusus di hutan dan pegunungan yang menjadi sarang pasukan Fretilin. Di tengah penyisiran, pasukan Indonesia disergap oleh pasukan Fretilin. Baku tembak pun tak bisa dihindari. Komandan Unit-C Pasukan Nanggala 10, Lettu Sudaryanto, terkena tembak.


Prabowo yang diperintahkan mengambil alih komando pasukan dan merayap di bawah desingan peluru musuh sehingga ia berhasil mengevakuasi komandannya. Namun nyawanya tak bisa diselamatkan. Sudaryanto menghembuskan nafas terakhir dalam pelukannya.


Kisah heroik Prabowo ini yang dituturkan oleh Letjen Yunus Yosfiah yang menjadi saksi mata keberaniannya di medan tempur di hutan belantara Timor Leste. Ia prajurit sejati yang rela berkorban demi Ibu Pertiwi.


Pada tahun 1978 itu pula, pengorbanan Sudaryanto terbayar dengan keberhasilan pasukan Indonesia menghancurkan pasukan Fretilin. Presiden Timor Timur, Nicolau Lobato yang sekaligus pimpinan tertinggi militer tertembak oleh pasukan helikopter Indonesia. Sang presiden itu akhirnya meninggal dunia pada 31 Desember 1978.


Perang Timor Timur dimenangkan oleh Indonesia. Tetapi, gerakan perlawanan gerilya tetap berlangsung. Pasukan ini dipimpin oleh Xanana Gusmao. Pada saat Prabowo sebagai komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 yang bermarkas di Cijantung pada 1991, terlibat pada operasi perburuan dan penangkapan Xanana.


Xanana adalah tokoh gerilyawan Fretilin yang terkenal sangat licin. Ia baru berhasil ditangkap pada 20 November 1992. Tim elite pasukan Kopassus yang berhasil menyergapnya di pegunungan dekat Kota Ainaro. Semenjak itulah, ia dipenjara di LP Cipinang sampai Timor Leste merdeka.


Selain itu, sejarah mencatat dengan tinta emas keberhasilan Prabowo memimpin operasi pembebasan sandera Organisasi Papua Merdeka (OPM). Para sandera sebanyak 26 orang yang terdiri dari 10 peniliti dari Ekspedisi Lorentz '95, 3 peneliti dari WWF dan UNESCO, dan 13 penduduk desa.


Operasi pembebasan sandera Mapenduman menjadi sorotan dunia internasional. Sebab orang yang disandera oleh Daniel Yudas Kogoya ini, adalah 7 orang asing. 4 orang peneliti asal Inggris, 2 orang berasal dari Belanda, dan 1 orang berwarga negara Jerman.


Banyak yang ragu terhadap operasi Prabowo ini. Karena berdasarkan pengalaman FBI, tingkat keberhasilan operasi seperti ini hanya 50 persen. Tapi ternyata, operasi yang berlangsung sejak 8 Januari 1896, berhasil gemilang. Para sandera mayoritas bisa diselamatkan. Ada dua orang yang meninggal dunia dibantai oleh pasukan OPM. Mereka berdua adalah Navy dan Matheis.


Prabowo mengakui tantangan terbesar operasi pembebasan Mapenduman itu alam Papua yang tak bersahabat. Mereka disandera di hutan pedalaman Papua yang lebat. Sehingga sulit menemukan tempat penyekapan mereka.


Berkat petunjuk bungkus permen dan pembalut perempuan, tim Kopassus menemukan tempat penyekapan. Sehingga baku tembak terjadi, si Kogoya pimpinan OPM tersebut tewas beserta gerombolannya. Para sandera bisa diselamatkan.


Keberhasilan Prabowo menyelamatkan para sandera diapresiasi oleh dunia internasional. Menantu Presiden ini ternyata memang perwira tinggi yang berprestasi, bukan prajurit yang asal nebeng dengan nama besar keluarganya. Namanya semakin berkibar sebagai jenderal yang menyala di dalam maupun luar negeri.


Kopassus adalah satuan militer yang telah membesarkan nama Prabowo. Begitu pula sebaliknya, nama Kopassus juga besar sebagai satuan elite militer yang bergengsi berkat jasa kepemimpinannya. Seolah-olah keduanya identik dalam memori publik. Prabowo adalah Kopassus. Dan Kopassus adalah Prabowo.


Meski, memori ini tidaklah benar. Sebab, regenerasi kepemimpinan Kopassus terus berlangsung sampai saat ini. Banyak jenderal yang dibesarkan oleh satuan militer yang paling ditakuti di dunia ini. Tetapi yang paling populer adalah Jenderal Prabowo.


Moch Eksan adalah Pendiri Eksan Institute dan Penulis Buku "Kerikil Dibalik Sepatu Anies".

Bagikan:

Komentar