![]() |
Tahlilan Untuk Pak Rektor
(Mengenang Berpulangnya Prof. Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag)
Oleh : Yudik Ainur Rahman *
Lensajatim.id, Opini- Malam jum'at lagi, lupa-lupa ingat, kadang lupa tapi lebih banyak ingatnya, ternyata malam ini adalah jum'at dini hari, 9 Mei 2025.
Setiap malam jum'at --lagi-lagi kalau lagi ingat-- saya sering tahlilan sendiri, kirim fatihah dan atau berdo'a untuk para sesepuh, sanak famili keatas kebawah, para guru, dan ditambah orang-orang terdekat yang meninggal baru-baru ini.
Malam ini tambahan fatihah tahlilan saya untuk guru kita semua, mantan Rektor IAIN Madura yaitu Bapak Prof. Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag, yang wafat beberapa hari kemarin.
Berita kematiannya ramai dimana-mana, dari kanal berita online hingga ucapan duka berantai lintas grup whatsapp. Tentu banyak yang shock, termasuk saya, bagaimana tidak, beliau yang sering online dan aktif di GWA; IKA IAIN MADURA, tiba-tiba beliau sendiri yang dikabarkan wafat oleh banyak teman yang lain.
JEJAK REKAM MASA LALU
Secara pribadi saya mengenal beliau sudah sejak lama. Mungkin lebih dari sekedar kenal karena sesekali pernah berinteraksi dan berdinamika juga. Lebih jelas saya membaginya menjadi tiga masa atau bagian;
_Pertama_ Saya mengenal beliau sejak saya mulai menempuh kuliah di STAIN Pamekasan, sekarang sudah bermetamorfosa menjadi IAIN Madura. Waktu itu di masa kepemimpinannya Almarhum Bapak Drs H. Bustomi Said, sebagai Ketua (sekarang Rektor), beliau jadi Pembantu Ketua (PK) I, PK II-nya Ibu Dr. Mariatul Qibtiyah, dan PK III-nya Bapak Dr. Nur Hasan.
Beliau dosen Tarbiyah, saya mahasiswa Syariah. Sehari-hari di ruang kuliah tidak ketemu. Semester lima dan enam karena saya terpilih jadi ketua UKM Pengembangan Intelektual, selama satu tahun, jadi lebih sering berinteraksi dengan beliau selaku salah satu pimpinan kampus saat itu. Dan semester tujuh di momentum pilpresma, kebetulan saya ikut berkontestasi jadi calon. Di luar kampus beliau turun langsung bersama banyak senior yang lain, mengundang, mencerahkan, membimbing dan menasehati saya agar tetap bersinergi dengan calon lain dari bendera ideologi yang sama agar yang menang tetap dari kita.
_Kedua_ Tanpa diduga saya ketemu lagi beliau di IAIN Sunan Ampel (Sekarang UIN) Surabaya. Saya menempuh S2, beliau S3 bersama banyak dosen IAIN Madura yang lain, ada Alm Bapak Dr. Rasyid Ridha, Alm Bapak Dr. Edi Susanto, dan yang S3 di UNAIR, dosen pembimbing skripsi saya, Alm Bapak Dr. Moh. Hefni, juga. Pernah menghubungi saya melalui Ust. Asy'ari Muthhar, ketua fraksi PPP DPRD Sumenep sekarang, ngajak ngopi bareng di warkop gang muayyad Wonocolo dan sekitarnya saat itu.
Yang masih hidup, di Surabaya saya ketemu lagi dengan Bapak Dr. Nur Hasan, dan Bapak Dr. Muhlis Shalihin. Kadang ketemu di gedung pasca, pesma, kantin, perpus, masjid, warkop luar kampus, ke warnet bareng, dll. selama kurang lebih empat semesteran. Di masa ini dari mereka ada yang bilang ke saya; di sini kamu kelihatan lebih tenang dan damai, tidak seperti ketika di Pamekasan penuh gejolak, katanya. Hmm.
_Ketiga_ baru lulus kuliah beliau menyarankan saya agar mengirim lamaran mengajar ke Tarbiyah, dan dosen pembimbingku di atas itu menyarankan ke syariah, maklum ijazah saya tidak linier. Ahirnya saya sempat mengajar (DLB = dosen tidak tetap) di syariah beberapa semster saja, hingga lebih lanjut karena beberapa hal saya berhenti dan memilih santai tidak sibuk kesana kemari.
Setelah itu lama lost contact, kemudian dipertemukan oleh medsos, dan dari jauh saya menyaksikan prestasi dan karir tertingginya beliau yaitu menjadi rektor dan sukses mengubah alih status dari STAIN Pamekasan menjadi IAIN Madura.
TELADAN CALON PEMIMPIN
Menjadi orang nomor satu di komunitas apapun itu bukan hal yang mudah, hanya sosok yang punya nilai lebih dalam banyak hal, termasuk lebih diterima, dan lain-lain, yang mungkin berpeluang dinomorsatukan oleh yang lainnya.
Tidak sembarang orang berkesempatan duduk di posisi sebagai pimpinan. Menjadi orang nomor satu di civitas akademika IAIN Madura pun pasti melalui proses seleksi yang ketat.
Beliau periode sebelum ini terpilih menjadi Rektor bukan hal yang kebetulan. Hemat saya karena memang dalam diri beliau mempunyai kemampuan menangkap kesempatan itu, kesempatan menjadi pimpinan.
Tentu kemampuan dalam diri beliau itu terbentuk dari proses yang panjang, bahkan sejak beliau masih muda, saya lihat di kantor BEM dulu namanya terpampang di papan periodesasi ketua senat mahasiswa, mungkin sekarang sama seperti presiden mahasiswa.
Lebih khusus menurut saya yang menarik diteladani dari beliau terlebih untuk anak muda hari ini yang bermimpi jadi pemimpin masa depan itu adalah; beliau sederhana tapi tetap menjaga wibawa dan tahu dengan siapa berhadapan, terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan zaman yang datang, netral keluar dan militan kedalam, serta respek, menghargai dan bersedia dituakan. Itu yang saya tangkap, dan selebihnya jika ada opini yang berbeda, harap maklum.
Terahir, keseluruhan saya bersaksi beliau adalah orang yang baik, dan kita mahasiswanya atas jasa baik yang tidak sempat kita balas, mari sempatkan walaupun hanya sendiri dan sekali, kita tahlilan untuk beliau.
Semoga tenang disisiNya, yakin husnul khatimah dan selamat jalan Bapak Prof. Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag.
Sumenep, 9 Mei 2025
*Mahasiswa Almarhum
Komentar