|
Menu Close Menu

Ning Lia, Senator Perempuan Non-Petahana Peraih Suara Tertinggi Nasional: Ini Profil Lengkapnya

Minggu, 29 Juni 2025 | 19.57 WIB

Ning Lia, Anggota DPD RI asal Jawa Timur.(Dok/Istimewa). 
Lensajatim.id, Surabaya – Sosok Hj. Lia Istifhama kembali menyita perhatian publik usai berhasil menembus Senayan sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) dari Dapil Jawa Timur dalam Pemilu 2024. Capaian suaranya sangat mencengangkan, yakni 2.739.123 suara—menjadikannya sebagai senator perempuan non-petahana dengan suara tertinggi secara nasional, di bawah Komeng (Jabar) dan Gus Yasin (Jateng).


Meski merupakan keponakan dari mantan Gubernur Jawa Timur yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, Lia justru dikenal luas sebagai sosok yang merakyat, sederhana, dan jauh dari kesan elitis. Ia bukan kader partai politik, melainkan seorang aktivis sosial, advokat, akademisi, penulis, dan juga musisi.


Tak hanya dikenal sebagai keponakan Khofifah, Lia juga merupakan putri bungsu dari KH Maskur Hasyim, tokoh NU kharismatik di Jawa Timur. Namun, popularitasnya tak semata-mata karena garis keturunan, melainkan karena citra pribadinya yang jujur, pekerja keras, dan peduli terhadap wong cilik.


“Saya ini sama seperti orang kebanyakan. Pernah jadi sales kartu kredit, karyawan biasa yang panas-panasan naik motor ke kantor,” ujar Lia merendah, Sabtu (29/06/2025). 


Sejak muda, Ning Lia sudah menunjukkan semangat luar biasa dalam menuntut ilmu. Ia pernah kuliah S1 di tiga perguruan tinggi sekaligus: Universitas Airlangga (Unair), IAIN Sunan Ampel (kini UINSA), dan STID Taruna Surabaya. Bahkan, ia sering dijuluki “kutu buku” karena hampir tiap hari menghabiskan waktu di perpustakaan.


Tak hanya itu, ia juga bekerja paruh waktu sejak masih kuliah, termasuk menjadi resepsionis dan EO. Setelah lulus, ia bekerja penuh waktu sembari terus melanjutkan studi ke jenjang S2 dan S3 di UINSA dengan beasiswa dari Kemenag RI.


 “Saya belajar mencuri waktu. Bahkan saat kuliah S3, saya tetap bekerja sambil mengandung,” kenangnya.


Saat masa kampanye, salah satu momen yang viral terjadi di Madiun ketika seorang ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) mencium banner bergambar dirinya. Alih-alih marah, Lia menanggapinya dengan tenang dan penuh kasih.


 “ODGJ itu tidak punya maksud buruk. Saya anggap itu ekspresi tulus,” ucapnya bijak.


Bahkan saat muncul kasus pencatutan fotonya oleh kompetitor politik, Lia memilih untuk memaafkan dan tidak membawa masalah ke jalur hukum. Ia justru mengajak rivalnya untuk bersinergi.


“Kami ingin politik jujur dan mendidik. Bukan ajang saling jegal. Lebih baik saling dukung seperti saudara,” jelasnya.


Kiprah sosial Ning Lia pun diakui secara nasional. Sejumlah penghargaan telah ia terima, di antaranya: Woman of The Year Jawa Timur 2023 (TIMES Indonesia),  Pejuang Literasi 2024, 100 Tokoh Muda Nasional 2020 (APN), Tokoh Peduli Desa Wisata, Pertanian, dan Penanganan COVID-19, dan Tokoh Sosial Inklusif dan Interaktif 2025.


Dengan ketekunan, kejujuran, dan kepeduliannya, Lia Istifhama membuktikan bahwa jalan politik bisa ditempuh dengan cara elegan dan tulus, tanpa kehilangan empati terhadap rakyat. (Had) 

Bagikan:

Komentar