|
Menu Close Menu

Haul Bhuju’ Arsojih di Pamekasan Jadi Ajang Silaturahim Dzurriyah dan Peneguhan Dakwah

Senin, 25 Agustus 2025 | 07.59 WIB

Para tokoh hadir dalam Haul Bhuju’ Arsojih yang digelar di Patobin, belakang gedung Koramil Larangan, Kabupaten Pamekasan.(Dok/Istimewa).
Lensajatim.id, Pamekasan-Ratusan dzurriyah Kyai Abdul Qidam atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bhuju’ Arsojih berkumpul dalam acara haul yang digelar di Patobin, belakang gedung Koramil Larangan, Kabupaten Pamekasan, pada Minggu (24/8/2025). Mereka datang dari berbagai daerah di Jawa dan Madura untuk mengenang serta meneguhkan kembali perjuangan dakwah leluhur mereka.


Rangkaian acara dimulai dengan pembacaan Yasin dan tahlil, dilanjutkan sambutan Bupati Pamekasan Dr. KH. Kholilurrahman—yang juga merupakan salah satu keturunan Bhuju’ Arsojih. Haul semakin khidmat dengan pembacaan manaqib oleh Kyai Umar Khozin dan tausiyah yang disampaikan KH. Kholil Muhammad Gunungsari.


Sejumlah tokoh penting keturunan Bhuju’ Arsojih turut hadir, di antaranya Bupati Pamekasan Dr. KH. Kholilurrahman, KH. Kholil Muhammad Gunungsari, Drs. KH. Ahmad Syafii Yasin, RB Denny Suryoningprang dan RB Abdurrahman Sasradiningrat (Kraton Sumenep), R. Harisandi Savari (Anggota DPRD Jatim), Firman Syah Ali (Pemprov Jatim), Dr. Adam Muhshi (Pakar Hukum Tata Negara Unair), KH. Abdul Hamid Roqib (Pengasuh Ponpes Palalang Pakong), KH. Ja’far Shodiq Batuampar (tokoh pejuang nasab ulama Nusantara), serta para kiai, habaib, dan keluarga besar lainnya.



Dalam sambutannya, Kyai Umar Khozin selaku pengampu Patobin menegaskan bahwa warisan dakwah Bhuju’ Arsojih harus terus dijaga. “Semangat perjuangan jangan sampai padam. Generasi penerus wajib melanjutkan dakwah sebagaimana leluhur kita, baik melalui kepemimpinan pemerintahan, pesantren, maupun masyarakat,” ujarnya.


Sementara itu, KH. Kholil Muhammad Gunungsari meneguhkan motivasi dzurriyah dengan menyebut sejumlah tokoh besar yang masih dalam garis keturunan Bhuju’ Arsojih. Di antaranya KH. As’ad Syamsul Arifin, KH. Zaini Mun’im, Prof. Dr. KH. Mahfud MD, Dr. KH. Kholil Nafis, Bindere Saot (Raja Sumenep), KH. Ahmad Syafii (mantan Bupati Pamekasan), serta KH. Musleh Adnan.


Secara historis, Bhuju’ Arsojih—juga dikenal sebagai Pangeran Pandiyan—merupakan keturunan Walisongo yang meneruskan tradisi dakwah di wilayah Pamekasan. Bersama iparnya, Bhuju’ Agung Rabah, beliau dikenal memiliki banyak karomah. Salah satu ramalan Bhuju’ Agung Rabah bahwa keturunan Bhuju’ Arsojih akan menjadi raja terbukti ketika Bindere Saot naik takhta sebagai Raja Sumenep. Hingga kini, banyak keturunan Bhuju’ Arsojih yang berkiprah sebagai pemimpin bangsa, baik di pemerintahan maupun bidang keagamaan.


Tokoh NU sekaligus dzurriyah Bhuju’ Arsojih, Firman Syah Ali, menekankan pentingnya pelestarian haul. “Alhamdulillah acara berjalan lancar, tertib, dan penuh barokah. Semoga kegiatan ini terus berlangsung dari generasi ke generasi, agar ketersambungan spiritual kita dengan para leluhur tidak pernah terputus,” ujar keponakan Prof. Mahfud MD ini.


Ia menambahkan, haul bukan hanya untuk menjaga ikatan spiritual, tetapi juga memperkuat silaturahim antar-dzurriyah. “Dengan begitu kita bisa saling memotivasi dan menginspirasi dalam melanjutkan panggilan dakwah sebagaimana diwariskan leluhur kita,” pungkas Panglima Nahdliyin Bergerak (NABRAK) itu. (Man/Had) 

Bagikan:

Komentar