![]() |
Cak Sholeh saat memberikan keterangan pers.(Dok/Istimewa). |
“Kami melihat situasi politik nasional maupun lokal beberapa hari terakhir cukup memanas. Aksi damai kerap berujung anarkis, bahkan terjadi pembakaran fasilitas negara. Kantor DPRD di beberapa kota dibakar, dan gedung Grahadi yang tidak terkait isu nasional ikut jadi sasaran amuk massa. Ini sangat kami sesalkan,” ujar Cak Sholeh dalam konferensi pers di Posko Rakyat Jawa Timur Menggugat, Senin (1/9/2025) malam.
Ia mengungkapkan, kondisi Surabaya saat ini juga tegang. Pemerintah memutuskan Work From Home (WFH) hingga 4 September, sekolah-sekolah menggelar pembelajaran daring, dan masyarakat memilih berdiam di rumah karena khawatir terjadi bentrokan.
“Bahkan pekerja mal dipulangkan lebih awal. Ada pula sweeping mobil di Jalan Basuki Rahmat yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan isu nasional maupun lokal. Ini menandakan gesekan antarkelompok bisa semakin besar jika aksi tetap digelar,” tambahnya.
Karena itu, pihaknya memutuskan menunda aksi hingga situasi benar-benar aman. “Kami putuskan menunda aksi 3 September sampai kondisi Surabaya kondusif. Keselamatan masyarakat menjadi prioritas,” tegas Cak Sholeh. (Had)
Komentar