![]() |
| Ning Lia Istifhama, Anggota DPD RI asal Jawa Timur saat di SMAN 19 Surabaya.(Dok/Istimewa). |
Hal itu disampaikan Ning Lia, sapaan akrabnya saat menghadiri kegiatan edukatif bertajuk “Stop Pernikahan Dini, Selamatkan Generasi dari Risiko Janda Usia Sekolah” di SMAN 19 Surabaya, Senin (10/11/2025). Kegiatan ini digagas oleh PIJAR (Pokja Instan Jurnalistik Keluarga Berencana) bekerja sama dengan BKKBN Provinsi Jawa Timur.
“Penurunan angka pernikahan dini patut diapresiasi, tapi di baliknya masih banyak remaja perempuan yang kehilangan masa sekolah dan terjebak dalam kemiskinan. Fenomena ‘janda usia sekolah’ harus menjadi alarm bagi kita semua,” ujar Ning Lia, yang juga peraih penghargaan Legislator Peduli Kesejahteraan Sosial dalam DetikJatim Award 2025.
Dalam paparannya, Doktor Manajemen Ekonomi Islam UINSA itu menjelaskan bahwa praktik pernikahan dini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga melanggengkan siklus kemiskinan antar generasi.
Menurut Ning Lia, keluarga seharusnya melihat anak sebagai investasi masa depan (human capital), bukan beban ekonomi. Ia menautkan hal itu dengan Teori Nilai Anak dan Hierarki Kebutuhan Maslow, yang menempatkan pendidikan dan kasih sayang sebagai fondasi aktualisasi diri.
“Anak adalah aset bangsa. Mereka harus tumbuh dalam lingkungan yang aman dan penuh kasih agar bisa menggapai aktualisasi diri,” tegas keponakan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa tersebut.
Ning Lia juga memberikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang berhasil menurunkan angka pernikahan dini secara signifikan. Berdasarkan data Pengadilan Tinggi Agama Surabaya, permohonan dispensasi kawin di Jatim menurun dari 17.151 kasus pada 2021 menjadi 12.334 kasus pada 2023.
Tak hanya itu, ia juga memuji peran SMAN 19 Surabaya yang mampu menjaga kultur sosial positif di lingkungan sekolah dengan memberikan ruang kreatif bagi siswa untuk berekspresi melalui karya digital dan konten positif.
“Kalau ada anak yang berperilaku negatif, maka yang salah bukan anak itu sendiri, tapi kita yang gagal membimbingnya. Sekolah seperti SMAN 19 ini memberi contoh bagaimana anak muda bisa berprestasi tanpa kehilangan arah,” kata Ning Lia yang juga dikenal sebagai Senator perempuan dengan suara terbanyak di Indonesia, mencapai 2,7 juta suara.
Di hadapan ratusan pelajar, Ning Lia mengajak generasi muda agar tidak terburu-buru menikah dan fokus pada pengembangan diri.
“Hidup bukan tentang mencari pasangan secepatnya, tapi tentang bersyukur, berkarya, dan menyiapkan masa depan yang bermakna,” pesannya.
Dalam sesi penutupan, ia juga mengajak siswa untuk ikut dalam kampanye positif PIJAR dengan semangat khas anak muda:
“Ayo lupakan mantan, fokus bangun karya! Anak muda jangan cuma pacaran, tapi banyaklah berkarya untuk bangsa,” ucapnya disambut tepuk tangan meriah.
Ketua PIJAR, Tunggal Teja Asmara, menjelaskan bahwa program edukasi ini digelar untuk meningkatkan kesadaran remaja terhadap bahaya pernikahan dini yang berdampak pada stunting, kematian ibu dan bayi, hingga masalah sosial seperti “janda usia sekolah” (JUS).
“Menikah muda bukan solusi. Justru bisa mengancam masa depan mereka,” tegas Tunggal.
Sementara itu, Plh. Kepala Perwakilan BKKBN Jatim, Sukamto, S.E., M.Si, menyebut kegiatan ini bertepatan dengan Hari Pahlawan dan merupakan bentuk perjuangan modern di bidang sosial dan pendidikan.
“Upaya menekan pernikahan dini adalah perjuangan masa kini. Bukan hanya soal angka, tapi soal masa depan bangsa,” ujarnya.
Kepala SMAN 19 Surabaya, Agustina Pertiwiningrum, S.Pd., M.M, menegaskan pentingnya peran sekolah dalam membangun kesadaran remaja.
“Suara lantang pencegahan pernikahan dini harus dimulai dari sekolah. Menunda pernikahan berarti memberi kesempatan bagi diri untuk sukses,” tutupnya. (Had)


Komentar