![]() |
| Tangkap Layar Ning Lia Istifhama, Anggota DPD RI asal Jawa Timur saat jadi narasumber dalam webinar Internasional oleh STAI Taruna Surabaya.(Dok/Istimewa). |
Kegiatan ini menghadirkan para akademisi dan tokoh dari Indonesia, Malaysia, serta Thailand, sebagai upaya memperkuat kontribusi kawasan Asia Tenggara dalam perkembangan peradaban Islam dan peningkatan kerja sama global di bidang riset dan pengabdian masyarakat.
Pada hari pertama webinar, Ketua STAI Taruna Surabaya Asist. Prof. Dr. H. Zuman Malaka, MH., M.Pd.I., M.Kn menegaskan pentingnya kontribusi umat Muslim Asia Tenggara dalam menjaga peradaban Islam di tingkat global.
Menurut Dr. Lia Istifhama, SE., SEI., MEI Anggota DPD RI Komisi III serta Ketua Yayasan Universitas Taruna Surabaya, kolaborasi lintas negara menjadi kunci dalam menjawab tantangan modern, terutama mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan nilai kemanusiaan universal.
"Webinar ini juga menghadirkan narasumber dari Malaysia seperti Muhammad Ali Mukhtar Bin Abu Bakar serta Jefry Bin Fadzil yang mengulas posisi strategis komunitas Muslim Asia Tenggara sebagai motor penggerak harmoni global," jelas Ning Lia, panggilan kaibnya.
Peraih penghargaan Anugerah Figur Akselerator Kemajuan pada ajang detikJatim Awards 2025, Ning Lia menegaskan bahwa dunia akademik perlu memperkuat kerja sama dan memperluas jangkauan riset agar nilai-nilai Islam dapat memberi jawaban terhadap kompleksitas zaman modern.
"Kegiatan berlanjut pada Sabtu, 22 November 2025 dengan mengangkat tema percepatan inovasi dan dampak sosial dalam kerja sama internasional," tutur Ning Lia, pada Sabtu (22/11).
Anggota DPD RI Komisi III Ning Lia saat menjadi pemateri, menyampaikan pentingnya peran pemuda sebagai agen perubahan yang mampu beradaptasi dan inovatif menghadapi era digital dan tantangan global.
Menurutnya putri ulama karismatik Ning Lia, pemuda Indonesia kini mencapai angka 64,22 juta jiwa berdasarkan data BPS 2024. Jumlah ini menjadi kekuatan besar bagi bangsa dalam menciptakan inovasi dan transformasi sosial yang berkelanjutan.
"Mengaitkan pandangan Frederick E. Fiedler soal kepemimpinan adaptif yang harus menyesuaikan kondisi zaman, terutama dalam menghadapi disrupsi teknologi dan perubahan sosial," tandasnya.
Ning Lia juga menggarisbawahi urgensi pemberdayaan pemuda dalam memutus rantai kemiskinan kultural. Ia menekankan bahwa kemiskinan bukan hanya soal ekonomi, melainkan keterbatasan akses pada pendidikan, informasi, dan kesempatan untuk berkembang yang dapat menghambat partisipasi politik maupun sosial.
Sementara itu, Asist. Prof. Muhammad Mahbubi Ali, Ph.D. dari Malaysia serta Abdul Meatam, M.IRKH., Ph.D. dari Thailand, membahas peluang kolaborasi pendidikan tinggi dan program pengabdian masyarakat lintas negara demi penguatan kualitas SDM Muslim Asia Tenggara di masa depan.
Webinar internasional ini turut dihadiri oleh moderator Dr. Sauli Anah, M.Pd.I. dan Ainur Rif’at, M.Pd., yang mengarahkan jalannya diskusi secara interaktif. Peserta juga memperoleh manfaat berupa sertifikat elektronik dan akses pada jejaring akademik internasional.
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, STAI Taruna Surabaya menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat peran lembaga pendidikan Islam dalam pengembangan ilmu, kolaborasi global, dan pemberdayaan generasi muda sebagai pilar kemajuan bangsa dan umat. (Red)


Komentar