|
Menu Close Menu

Yayasan Bani Insan Peduli Ulurkan Bantuan untuk Mawiya, Pasien yang Terbebani Tagihan RS

Kamis, 20 November 2025 | 19.36 WIB

Keluarga Mawiya saat menerima bantuan dari Yayasan Bani Insan Peduli (BIP).(Dok/Istimewa). 
Lensajatim.id, Sumenep- Kisah Mawiya (44), pasien BPJS Kesehatan asal Sumenep, menyita perhatian publik setelah ia menolak amputasi jari kaki yang direkomendasikan pihak medis di Rumah Sakit Islam Kalianget. Keputusan berat tersebut berujung pada konsekuensi finansial: tagihan rumah sakit sebesar Rp 3.450.314 harus ditanggung keluarga, meski mereka hidup dalam serba keterbatasan.


Viralnya kisah Mawiya memantik gelombang empati dari berbagai pihak. Di tengah kebingungan keluarga menghadapi tagihan yang tak sanggup mereka bayarkan, Yayasan Bani Insan Peduli (BIP) bergerak cepat memberikan bantuan. Kehadiran BIP pada malam hari di kediaman Mawiya menjadi titik terang di tengah kesulitan.


Ketua BIP, Ali Zainal Abidin, menegaskan bahwa langkah mereka bukan sekadar penyerahan bantuan materi, melainkan bentuk kepedulian sesama.


“Kami hanya membantu meringankan bebannya, ini panggilan kemanusiaan, bukan perkara besar kecilnya bantuan, tapi kepedulian kepada sesama,” ujarnya, Selasa (18/11/2025) malam. 


“Kami hanya ingin hadir sebagai saudara. Semoga bantuan ini memberi kelegaan dan menjadi pengingat bahwa mereka tidak sendirian.”


Suasana haru menyelimuti proses penyerahan bantuan. Mawiya berulang kali mengucap syukur dan terima kasih, berharap setiap bentuk kebaikan dibalas oleh Sang Pencipta. Sang suami, Murang (47), tampak menahan tangis — kehadiran BIP pada malam hari menjadi penyemangat bagi keluarga yang tengah dirundung kecemasan.


Kasus Mawiya membuka diskusi lebih luas tentang hak pasien dalam menolak tindakan medis dan konsekuensinya. Secara hukum, pasien di Indonesia memang berhak menolak prosedur medis apa pun. Namun, keputusan itu kerap membawa implikasi biaya yang tidak ringan, terutama bagi masyarakat kurang mampu.


Keluarga Mawiya berharap bantuan BIP dapat menjadi titik awal perhatian yang lebih besar dari pemerintah dan lembaga terkait. Mereka meminta adanya mekanisme perlindungan lebih kuat agar warga tidak terjerat beban finansial saat mengambil keputusan medis yang mereka yakini terbaik bagi diri mereka.


Bagi BIP, tindakan sederhana mereka pada malam itu adalah simbol bahwa nilai kemanusiaan dapat tetap menyala, bahkan ketika seseorang berada di masa paling gelap dalam hidupnya. (Yud) 

Bagikan:

Komentar