![]() |
| Ning Lia Istifhama, Anggota Komite III DPD RI asal Jawa Timur.(Dok/Istimewa). |
Legislator asal Jawa Timur yang akrab disapa Ning Lia itu menyampaikan, Indonesia sejatinya memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam pengembangan investasi ramah lingkungan. Namun, potensi tersebut hanya dapat dimaksimalkan apabila kesiapan sumber daya manusia (SDM), regulasi, serta semangat kolaborasi lintas sektor terus diperkuat.
“Investasi hijau bukan hanya soal modal dan teknologi, tetapi juga kesiapan manusia yang menjalankannya. Tanpa SDM yang adaptif dan kolaboratif, potensi besar itu sulit diwujudkan,” ujar Ning Lia dalam forum Komite III DPD RI.
Ia juga mengingatkan bahwa tantangan terbesar saat ini bukan semata persoalan ekonomi, melainkan adaptasi sosial di tengah derasnya arus transformasi digital. Ning Lia menekankan pentingnya mendorong generasi muda untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga aktor utama dalam ekonomi hijau yang kreatif dan berdaya saing.
Dalam pertemuan yang sama, perwakilan pembicara Gracia turut menyoroti hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 yang menunjukkan posisi kualitas SDM Indonesia di tingkat global. Ia menilai, penguatan kecakapan kognitif, khususnya di bidang matematika, menjadi faktor kunci dalam membangun fondasi ekonomi nasional yang tangguh di masa depan.
“Numerasi bukan sekadar kebutuhan akademis, tetapi bekal utama agar bangsa ini mampu membaca peluang investasi hijau secara tepat, terukur, dan berkelanjutan,” ujarnya.
Selain persoalan SDM, tantangan fiskal di tubuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga menjadi perhatian. Gracia mempertanyakan sejauh mana perangkat manajemen risiko yang tertuang dalam regulasi, seperti Permen BUMN Nomor Per-5/MBU/09/2022 serta SK-6 Teknis Manajemen Risiko, telah diimplementasikan secara optimal.
Menurutnya, jika aspek prudensial tersebut diterapkan dengan baik, maka risiko fiskal dapat ditekan secara signifikan. Sebaliknya, tanpa penguatan SDM dan manajemen risiko yang solid, upaya memaksimalkan peluang investasi hijau berpotensi menghadapi kendala serius.
Sementara itu, pembicara lain, Yuli, menekankan pentingnya peran BUMN dan sektor komersial, khususnya pariwisata, agar tidak semata berorientasi pada keuntungan. Ia mendorong agar BUMN di sektor pariwisata turut mengedepankan misi pemerataan pembangunan, terutama di wilayah Indonesia Timur.
“Fungsi komersial BUMN harus sejalan dengan visi pembangunan daerah. Transit panjang di berbagai bandara di Indonesia Timur, misalnya, bisa menjadi peluang menggerakkan ekonomi lokal jika dikelola secara optimal,” kata Yuli.
Dalam konteks kualitas pendidikan nasional, hasil PISA 2022 menunjukkan adanya peningkatan capaian Indonesia dibandingkan 2018. Literasi membaca naik lima peringkat, literasi matematika meningkat lima peringkat, dan literasi sains naik enam peringkat. Meski demikian, skor rata-rata Indonesia masih berada di bawah rerata global.
Di bidang matematika, masih banyak peserta didik yang belum mencapai batas kompetensi dasar, sementara proporsi siswa dengan performa tinggi masih sangat terbatas. Kondisi ini menjadi alarm bahwa perbaikan kualitas guru, metode pembelajaran, serta penguatan keterampilan kognitif harus terus dipercepat.
Beragam isu yang dibahas dalam forum Komite III DPD RI tersebut, mulai dari pemanasan global, investasi hijau, kualitas SDM, hingga manajemen risiko BUMN, menegaskan bahwa seluruh persoalan tersebut saling berkaitan. Tanpa SDM unggul dan tata kelola yang kuat, peluang besar menuju ekonomi hijau sulit diwujudkan secara adil dan berkelanjutan.
Transformasi literasi, numerasi, serta kesadaran kolektif masyarakat dinilai menjadi kunci utama dalam menyiapkan masa depan Indonesia yang tangguh, berdaya saing, dan ramah lingkungan. (Red)


Komentar