|
Menu Close Menu

Pemerintah, Pesimis Atau Optimis (?)

Rabu, 12 Mei 2021 | 12.08 WIB


Oleh: Irwan Hidayat*


Opini- Jika kita mendengar kata "pemerintah" sudah tidak lazim lagi untuk di dengar kan oleh masyarakat kalangan bawah. Pemerintah menurut istilah merupakan organisasi yang mempunyai kewenangan untuk mengatur sistem secara umum nya adalah negara.


Oleh sebab itu, kendati mengamati dan menganalisa perjalanan pemerintahan saat ini seperti pesimis dalam menjalankan roda pemerintahan ! Kenapa demikian ? Kita coba amati semenjak datang covid-19 tahun kemaren sampai per-hari ini. Apa kira-kira yang perlu kita koreksi dari pemerintah an hari ini, tentu itu banyak !.


Salah satu contoh adalah dalam mengambil keputusan atau kebijakan. Seperti rada pesimis bukan optimis ! Jika sudah ada aturan baru ada format juklak dan juknis nya, kira-kira begitu bahasa aktivis organisasi.


Nah, tentu sekarang pada ambigu aturan yang kita lakukan. Kenapa harus saat mendekati lebaran untuk di berlakukan ? Kenapa tidak saat sebelum bulan puasa ? Ini menjadi pertanyaan kita bersama.


Hari ini bulan ramadhan adalah yang di nanti nanti oleh ummat muslim. Ramadan adalah bulan paling spesial di antara bulan-bulan lain karena telah Allah janjikan pahala yang berlipat setiap kita mengerjakan amal kebaikan. Apalagi sekarang sedang di penghujung Ramadan, di mana ada satu malam yang paling utama di antara seribu bulan. Dalam surat Al Qadr ayat 3 yang artinya “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”.


Malam di mana diturunkannya Alquran, petunjuk hidup bagi sekalian alam. Tentu bulan Ramadan ini adalah sudah jelas bulan yang paling mulia dan hendaknya kita juga memperlakukan bulan ini dengan berbeda dan mulia juga demi menyambut hari kemenangan. Dengan keihlasan, hendaknya semua amalan yang kita lakukan adalah benar-benar karena Allah SWT.


Sejatinya hari ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya,  kita sudah fokus dan khusuk menjalani ibadah suci ini tentu menyambut hari kemenangan yang biasanya bersama keluarga hari ini berbeda, kita menyambutnya dengan tutur kata lewat online atau virtual untuk bermaaf maaf an.


Bersikap optimis menghadapi masalah telah diterangkan dalam al-qur’an bahwa ujian sesungguhnya datang dari Allah swt. Dan Allah senantiasa akan menyertainya dengan kemudahan.


Hanya saja, kemudahan yang Allah janjikan akan dapat diraih jika jalannya benar: sesuai dengan perintah dan larangan Allah.


Dengan berpegang teguh pada perintah dan larangan Allah dan RasulNya, segala musibah di negri ini—termasuk pandemic covid 19—pun akan mampu ditanggulangi.


Dalam kondisi pandemi ini,seorang muslim yang berusaha menjaga diri dan kaum kerabat dari pandemi ini adalah sebuah bentuk tawakal yang harus dilakukan untuk meraih qadha Allah yang terbaik.


Terlebih bagi seorang muslim yang di pundaknya ada amanah sebagai penguasa. Maka penyelesaian dan penanganan pandemi ini menjadi tanggung jawab dirinya.


Keprihatinan yang terucap dalam lisan para penguasa harus dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk kesadaran penguasa menyandarkan pengurusan negeri ini berdasarkan Syariah Islam. Begitupun kebijakan yang ditetapkan penguasa muslim akan bersumber dari Syariah Islam.


Penguasa Islam tidak akan berlepas diri dan menggantungkan upaya pada peran dan empati masyarakat terhadap sesama belaka.


Bukti dari ketawakalan itu tak bisa hanya dituntaskan dengan kesabaran yang pasif. Sangat disayangkan jika ajakan bersikap takwa dan tawakal kepada masyarakat tidak di barengi dengan sikap penguasa yang takwa dan taat: Menjalankan roda pemerintahan berdasar atas dasar aturan Allah SWT.


Dari penjabaran di atas kami berharap kepada pemerintah jangan ambigu atau pesimis dalam mengambil keputusan, kalaupun mau lockdown bertahun-tahun tidak masalah dari pada ambigu.

Allahua'lam...


Akhir kata mohon maaf lahir dan batin.

Minal aidzin walfaidzin 

Selamat menunaikan Idul Fitri 1 Syawal 1442 H.



*Penulis adalah Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam HMI Cabang Jember*

Bagikan:

Komentar