Gus Fawait saat road show Apel Sholawat Kebangsaan di wilayah Jember - Lumajang. (Dok/Istimewa). |
Lensajatim.id, Surabaya- Kemiskinan selalu menjadi masalah krusial di negeri ini, termasuk di Jawa Timur. Kemiskinan yang mayoritas terdapat di pedesaan, diantaranya karena keterbatasan akses pendidikan.
Muhammad Fawait, Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Jatim menilai pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua yang banyak terdapat di pedesaan bisa menjadi solusi pengentasan kemiskinan di Jawa Timur. Menurutnya, masyarakat pedesaan bisa memperoleh akses pendidikan dari pesantren.
"Rata-rata orang yang berada di garis kemiskinan, tingkat pendidikan mereka minim. Saya kira pesantren bisa menjadi kunci pengentasan kemiskinan di Jatim, lewat kesempatan mendapatkan pendidikan," tutur Muhammad Fawait, Jumat (23/12/2022).
Presiden Laskar Sholawat Nusantara ini melihat langsung besarnya potensi pesantren selama pihaknya melaksanakan road show Apel Sholawat Kebangsaan. Menurut Gus Fawait, Jawa Timur adalah provinsi dengan jumlah pondok pesantren terbanyak di nusantara.
Ia mengkategorikan pesantren menjadi tiga, yakni besar, sedang dan kecil. Pesantren besar, jumlah santrinya lebih dari 10.000. Pesantren sedang, jumlah santrinya di atas 1000. Pesantren kecil, jumlah santrinya di bawah 1000. Semuanya rata-rata tersebar di wilayah pedesaan.
"Banyaknya jumlah pesantren di Jawa Timur adalah sebuah keberkahan. Sebab keberadaan pesantren akan menghidupkan perekonomian masyarakat sekitar. Selain itu, lewat pesantren, masyarakat bisa mendapatkan akses pendidikan. Banyak di sejumlah daerah, pesantren adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang ada," terang Gus Fawait.
Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif Jatim 2020 versi Forkom Jurnalis Nahdliyin ini mengatakan, pesantren perlu dukungan Pemprov Jatim dalam peningkatan kualitas pendidikan. Diataranya dengan fasilitas penunjang untuk mengikuti perkembang zaman.
Ia mencontohkan, saat ini adalah era digitalisasi. Sehingga santri dituntut paham tentang perangkat digital dan penggunaannya. Termasuk kemampuan santri beradaptasi dengan dunia luar, karena itu perlu penguasaan bahasa asing. Untuk itu perlu laboratorium teknologi dan bahasa.
"Selama ini perhatian Ibu Gubernur sudah luar biasa terhadap pondok pesantren. Tinggal kolaborasi dengan OPD terkait seperti BPSDM. Dengan bekal pendidikan penunjang, maka santri menjadi sumber daya manusia yang berakhlak dan berilmu," pungkas pengasuh pesantren Nurul Chotib, Al Qodiri IV Jember tersebut. (Red).
Komentar