|
Menu Close Menu

Satu Atap, Dua Capres

Minggu, 07 Mei 2023 | 16.54 WIB

 

Ganjar Pranowo, Bakal Calon Presiden dari PDIP saat hadir di Pondok Pesantren Al-Badri, Jember. (Dok/Istimewa).

Oleh Moch Eksan


Lensajatim.id, Opini- Sabtu dan Minggu, 6-7 Mei 2023 ini sangat istimewa bagi masyarakat Jember. Dua calon presiden potensial dari Koalisi NasDem dan koalisi PDIP berkegiatan di Kota Seribu Pesantren ini. Anies Rasyid Baswedan menghadiri Haul Habib Sholeh Bin Muhsin Alhamid Tanggul yang ke-47. Sedangkan Ganjar Pranowo mengikuti Car Free Day di sekitar Alun-alun Kota Jember.


Kehadiran dua capres yang berasal dari Keluarga Besar Alumni Universitas Gajah Mada (Kagama) ini tak disangka jadwalnya bersamaan. Meskipun agenda acaranya berbeda. Yang satu ke haul dan yang satu lagi jogging. Mereka berdua pejuang fajar yang biasa bangun pagi mengawali kegiatan sehari-hari.


Selama kunjungan ke Jember, Anies dan Ganjar sama-sama bermalam di Hotel Aston yang beralamat Jl . Sentot Prawirodirdjo No.88, Telengsah, Jember Kidul, Kec. Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68131. Di hotel Bintang 4 ini, banyak Satgas partai pengusung capres yang berjajar di depan dan disamping hotel.


Nampaknya juga para relawan capres yang tak mau ketinggalan untuk barengi pemimpin idolanya. Mereka asyik bercengkrama, ngobrol bersama sambil diwarnai gelak tawa. Ternyata, perbedaan pilihan politik bukan halangan untuk berkomunikasi sesama orang Pandhalungan.


Kehadiran Anies dan Ganjar memberikan pesan damai dari daerah kelahiran KH Achmad Shiddiq yang melahirkan dua gagasan besar yang mengukuhkan Indonesia. Yaitu: konsep Triukhuwah dan Deklarasi Hubungan Islam Dan Pancasila.


Jember ini kota ukhuwah. Sebuah daerah yang menyemai persatuan bangsa di atas konsep ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia).


Di Jember ini terdapat "Kampung Pancasila" yang guyub rukun. Mereka dengan keislaman dan kepancasilaannya hidup bersama dalam harmoni sosial. Tak ada cebong dan kampret. Mereka punya cita-cita yang sama demi kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).


Anies dan Ganjar beserta para pendukung seyogyanya menangkap pesan damai dari kunjungan ke Jember. Di tengah-tengah, tensi politik yang kian memanas. Seruan Anies maupun Ganjar sudah mengemas pesan damai tersebut. Agar para pendukungnya masing-masing tak saling membully, memfitnah, menyebar kebencian dan hoax. Gaya politik seperti ini merugikan NKRI itu sendiri.


Sayangnya, banyak para pendukung capres yang tak menggubris seruan di atas. Mereka menganggap capresnya hanya _lips service,_ basa basi dan penuh pura-pura. Bagi mereka, panggung politik itu ada yang _front stage_ (panggung depan) dan _back stage_ (panggung belakang). Seni peran yang dimainkan antara dua panggung tersebut berbeda.


Secara teoritis, seni peran ini disebut dramaturgi oleh Erving Goffman. Suatu perspektif yang digunakan untuk menjelaskan interaksi sosial dalan kehidupan sehari-hari layaknya pertunjukan teater. Tiap orang mengikuti alur cerita drama menjadi apa, bagaimana, dimana dan untuk apa. Sebuah peran seseorang yang dipertontonkan di hadapan banyak orang untuk meningkatkan citra diri dalam struktur sosial.


Jujur, Anies dan Ganjar sedang meningkatkan citra diri sebagai "seorang presiden" dalam teater kebangsaan menjelang Pilpres 2024. Keduanya memang pernah dan sedang memimpin daerah. Tapi apakah kinerja kepemimpinannya  cukup pantas dan layak menjadi pemimpin negeri ini? Nah, rakyatlah yang berhak untuk menilai siapa yang menjadi pemenang pada Pilpres yang luber dan jurdil.


Pemilu adalah mahkamah rakyat yang paling berkuasa untuk mengapresiasi dan memberi sanksi pada pemimpin yang berhasil atau gagal menjalankan amanah konstitusi. Anies dan Ganjar sedang menjalani _fit and proper test_ di hadapan rakyat saat ini.


Di era keterbukaan, tak ada satu pun privasi Anies dan Ganjar yang bisa ditutup-tutupi. Apalagi, keduanya termasuk pengguna medsos yang suka membagi kegiatan pribadinya terhadap publik. Rakyat bisa menilai secara langsung profil, kinerja dan rekam jejaknya.


Anies di Twitter misalnya, dikuti oleh 4,8 juta. Sedangkan Ganjar di platform medsos yang sama, diikuti oleh 3,2 juta. Sementara, di Instagram, Anies diikuti oleh 5,9 juta. Sedangkan, Ganjar dikuti oleh 5,6 Juta.


Meskipun pengikut Anies lebih banyak daripada Ganjar di Twitter dan Instagram, namun Ganjar lebih aktif mengposting kegiatan pribadinya daripada Anies. Sebagai ilustrasi posting di Instagram, sampai detik ini, Ganjar telah memposting 6.928 kali. Anies telah memposting 4.396 kali.


Berbagai data di atas, mengkonfirmasi kepada kita bahwa Anies dan Ganjar sama-sama membangun citra diri dalam medsos. Namun, Ganjar lebih agresif daripada Anies. Tinggal, kita ini lebih suka yang agresif atau tidak?  Saya lebih suka Anies. Mungkin Anda lebih suka Ganjar. Biarlah, satu atap dua capres. Kekuasaan rakyatlah yang akhirnya yang menentukan segalanya.


*Penulis adalah Pendiri Eksan Institute

Bagikan:

Komentar