|
Menu Close Menu

Bahasa Indonesia dan Pariwisata Religi Arab Saudi

Jumat, 23 Juni 2023 | 15.41 WIB

Ilustrasi. (istimewa).


Oleh Moch Eksan


Lensajatim.id, Opini- Indonesia dan Arab Saudi punya hubungan diplomatik yang sangat panjang. Bahkan sebelum kemerdekaan, kerajaan-kerajaan Islam Nusantara sudah memiliki hubungan dengan bangsa Arab tersebut. Hal ini tak lepas dari posisi pusat kegiatan pelaksanaan haji sebagai rukun Islam kelima di Makkah dan Madinah.


Dua kota suci umat Islam dunia merupakan propinsi dari Kerajaan Arab Saudi yang berpusat di Kota Riyadh. Raja yang sedang berkuasa di Arab Saudi selalu menyandang gelar khadimul haramain (pelayan dua tanah haram). Ini mengingat dua kota suci ini menjadi tujuan wisata religi yang utama bagi umat Islam dunia yang berjumlah lebih dari 2,01 miliar manusia menurut situs website Global Muslim Population.


Yang menarik, jamaah terbesar haji dan umroh berasal dari Indonesia. Rerata setiap tahun, jamaah haji lebih dari 220 ribu, sedangkan jamaah umroh kisaran 3 juta. Mereka kesana dengan tujuan ibadah dan ziarah pada makam Nabi dan 2 sahabat, Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab, serta tempat bersejarah umat Islam lainnya.


Karena itu, jamaah Indonesia sangat dikenal di Arab Saudi. Mereka acapkali menggunakan Bahasa Indonesia dalam melakukan transaksi dan memberikan pelayanan publik terhadap para pelancong Nusantara. Bahkan, para ulama Nusantara banyak yang bermukim di Arab Saudi sebagai muthawwib dan pengajar di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.


Sebagai contoh di antaranya, Syeikh Nawawi Aljawi Albantani, Syeikh Khatib Alminangkabawi, Syeikh Yusuf Almakasari sekadar menyebut beberapa ulama Nusantara yang berpengaruh di Indonesia dan Arab. Mereka berkontribusi dalam mengenalkan budaya Indonesia yang tak kalah dalam penguasaan khazanah intelektual Islam dunia. Suatu negeri nun jauh disana yang jaraknya 7.898 KM dari Indonesia-Arab.


Keunggulan ulama Nusantara satu sisi, dan kesantunan jamaah Indonesia sisi lain, telah membentuk citra positif. Orang Arab menyebut Indonesia qais, sebuah negara mayoritas muslimin yang baik. Selain, orang Indonesia mendatangkan riyal pada Arab Saudi, juga menjadi sumber inspirasi dalam membangun peradaban.


Baru saja, Bahasa Indonesia menjadi jurusan di Universitas Majma'ah di wilayah Riyadh. Ini kebijakan Arab Saudi yang serius mengembangkan Indonesian Studies. Banyak hal yang bisa dipelajari dari Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia. Arab Saudi nampak berkepentingan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi wisata religi, tapi juga sebagai bahasa ilmu pengetahuan.


Sebenarnya, jurusan atau program studi Bahasa Indonesia di sebuah universitas Arab Saudi di atas bukan yang pertama kali di universitas ternama dunia. Jauh sebelumnya, sekurangnya ada 7 universitas di luar negeri yang  mengembangkan studi Bahasa Indonesia. Antara lain: Hankuk University of Foreign Studies Korea Selatan,Tokyo University for Foreign Studies Jepang, University of Melbourne Australia, Leiden University Belanda, University of Hawaii at Manoa Hawai, SOAS University of London Inggris, dan Yale University  Amerika Serikat.


Keberadaan jurusan atau program studi Bahasa Indonesia di berbagai perguruan tinggi tersebut akan mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia. Wabilkhusus,  bangsa ini dikenal bukan melulu penyedia tenaga kerja rumah tangga nantinya, tapi juga dapat menyuplai informasi yang diperlukan untuk para kaum terdidik  di Arab Saudi.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Arab Saudi melihat urgensi Bahasa Indonesia bagi kaum terdidik yang memegang rentang kendali politik dan ekonomi, baik dalam maupun luar negeri. Sehingga, Bahasa Indonesia tak hanya menjadi bahasa pedagang, tapi juga bahasa para elite pemerintah dan dunia usaha dalam proses diplomasi, perundingan serta perjanjian dagang antar negara di dunia.


Dengan begitu Bahasa Indonesia tak kalah penting dari Bahasa Inggris dan China yang lebih dominan menguasai para elite politik dan ekonomi Arab Saudi. Bersamaan dengan itu, kerjasama antar dua negara akan lebih luas dan saling menguntungkan sebagai negara muslim, baik dalam konteks kepentingan nasional maupun multinasional.


Pada saat siaran pers, antara Menko Perekonomian dan Duta Besar Arab Saudi, menyatakan kerjasama di ekonomi, perdagangan dan investasi antar dua negara disampaikan berjalan baik. Pada 2022, nilai kerjasama ekonomi USD 7,5 miliar. Ini terdiri dari nilai ekspor sebesar 2 miliar dolar dan impor senilai 5,5 miliar dolar.  Sementara, nilai investasi Arab Saudi di Indonesia sebesar USD 21,89 juta selama 2018-2022.


Data Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, menyebutkan bahwa Buruh Migran Indonesia (BMI) sebanyak 3,4 juta. Mereka ditempatkan di 33 negara di Asia, Australia, Timur Tengah, Afrika, Amerika dan Eropa. Arab Saudi adalah negara terbesar kedua yang menjadi tujuan kerja para BMI setelah Malaysia. Pada 2023, di Arab Saudi ada 838 ribu. Sedangkan, di Malaysia ada 1,7 juta. Para BMI tersebut merupakan pengguna bahasa Indonesia aktif yang berada di luar negeri. Interaksi di antara mereka terkadang menggunakan kosa kata Indonesia.


Jadi, Bahasa Indonesia masuk rumpun Malayanik yang digunakan lintas negara. Terutama di bagian wilayah Asia Tenggara Maritim. Ini meliputi Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura, Pulau Natal dan Cocos Thailand Selatan. Jumlah mereka hampir 300 juta pengguna Bahasa Melayu yang aktif.


Indonesia merupakan negara terbesar pengguna Bahasa Malayu. Bahkan, Bahasa Indonesia masuk bahasa dengan penutur terbesar ke-10 dunia. Di atasnya secara berurutan: Bahasa Inggris 1,12 miliar penutur, Bahasa China 1,10 miliar penutur, Bahasa Hindi 698 juta penutur, Spanyol 512 juta penutur, Bahasa Prancis 284 juta penutur, Bahasa Arab 273 juta penutur, Bengali 265 juta penutur, Bahasa Rusia 258 juta penutur,  Portugis 234 juta penutur.


Saya kutipkan ungkapan Bung Hatta, "Hamba-hamba Allah penghuni surgawi, harus menggunakan bahasa yang halus dan sopan".


Bahasa Indonesia adalah bahasa yang mencerminkan kehalusan budi dan ketinggian adab. Bahasa ini merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer dan digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.


Disamping bahasa ini sebagai alat percakapan atau perkataan yang baik, serta tingkah laku sopan dan santun. Semua itu modal menglobalkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa dunia. Semoga!!!


*Penulis adalah Pendiri Eksan Institute

Bagikan:

Komentar