![]() |
Musaffa' Safril, Ketua PW GP Ansor Jawa Timur.(Dok/Istimewa). |
"Boedi Oetomo berdiri saat bangsa ini masih terjajah. Yang mereka bawa bukan senjata, tapi pendidikan, organisasi, dan semangat kebangsaan," kata Musaffa’, Senin (20/5/2025).
Menurutnya, tantangan hari ini tak kalah besar. Digitalisasi yang tak ramah nilai, krisis identitas di kalangan generasi muda, hingga jurang kesenjangan akses pendidikan dan ekonomi masih jadi persoalan serius.
Dalam situasi itu, Ansor Jawa Timur mengusung strategi kebangkitan baru. Di antaranya dengan membangun pusat-pusat penggerak pemuda, memperluas akses pendidikan melalui Ansor University, dan menghidupkan kembali nilai gotong royong di ruang digital maupun sosial.
Musaffa’ menyebut, kalau dulu kebangkitan dimulai dari STOVIA di Batavia, hari ini bisa muncul dari mana saja. Komunitas kecil di desa, ruang kreatif anak muda, pesantren, kampus, hingga kolaborasi lintas platform media sosial punya potensi besar sebagai motor kebangkitan.
“Kuncinya tetap sama: keberanian untuk peduli, kesadaran untuk bergerak, dan komitmen untuk Indonesia,” tegasnya.
Ia menambahkan, semangat Boedi Oetomo tak boleh berhenti jadi catatan sejarah. “Kami di Ansor Jatim berkomitmen menjaga nyala api itu. Bukan sekadar mengenang, tapi menjadikannya gerakan yang terus tumbuh bersama generasi muda,” pungkasnya. (Had)
Komentar