|
Menu Close Menu

KH. Taufik Hasyim Raih Gelar Doktor dari Unisma di Hari Ketujuh Wafatnya

Sabtu, 21 Juni 2025 | 15.20 WIB

Wisuda Doktor untuk almarhum KH. Taufik Hasyim di Kampus Unisma, Malang.(Dok/Mohsi) 
Lensajatim.id, Malang – Suasana haru menyelimuti prosesi wisuda Pascasarjana Universitas Islam Malang (Unisma), Sabtu (21/6/2025). Dari 715 lulusan yang dikukuhkan, salah satunya adalah almarhum KH. Taufik Hasyim, Ketua PCNU Pamekasan dan Rektor IAI-MU Pamekasan, yang secara resmi dianugerahi gelar doktor pada Program Studi Pendidikan Islam Multikultural.


Momen tersebut menjadi semakin mengharukan karena bertepatan dengan hari ketujuh wafatnya Kiai Taufik. Dalam prosesi sakral itu, pihak keluarga tidak dapat hadir langsung. Sebagai bentuk penghormatan, Wakil Rektor I dan Wakil Rektor III IAI-MU Pamekasan ditunjuk untuk mewakili almarhum dalam menerima simbol wisuda.


Rektor Unisma, Prof. Dr. H. Junaidi, M.Pd., dalam sambutannya menyampaikan rasa duka mendalam atas kepergian dua lulusan terbaik yang telah lebih dulu dipanggil Allah, salah satunya adalah KH. Taufik Hasyim.


“Sebagai bentuk penghormatan kami, ijazah akan kami serahkan kepada keluarga yang mewakili. Semoga ilmu dan kontribusi almarhum menjadi amal jariyah yang terus mengalir,” ujar Prof. Junaidi dengan nada lirih.


Sementara itu, Wakil Rektor I IAI-MU Pamekasan, Dr. Rusdi, tidak mampu menyembunyikan kesedihannya. Baginya, Kiai Taufik adalah sosok pemimpin visioner yang penuh dedikasi.


“Sebagai rektor, beliau sangat visioner dalam memandu jalannya kampus. Kami semua masih sangat kehilangan,” ucapnya dengan suara bergetar.


Rusdi menambahkan, kehadirannya dalam wisuda kali ini bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk penghormatan terakhir untuk sosok yang telah menjadi inspirasi banyak orang. “Teman-teman di kampus meneteskan air mata. Kami terharu dan sejujurnya tidak sanggup mewakili beliau di hari yang seharusnya menjadi hari bahagianya,” tandasnya.


KH. Taufik Hasyim dikenal sebagai tokoh kharismatik yang tidak hanya aktif di dunia akademik, tetapi juga dalam gerakan keumatan melalui Nahdlatul Ulama. Gelar doktor yang diraihnya kini menjadi penanda perjuangan intelektualnya yang tak pernah surut, bahkan hingga akhir hayatnya. (Moh) 

Bagikan:

Komentar