|
Menu Close Menu

Ning Lia Serukan Semangat Hijrah di Tahun Baru Islam 1447 H: Momentum Refleksi dan Perjuangan Bangsa

Jumat, 27 Juni 2025 | 09.41 WIB

Lia Istifhama, Anggota DPD RI asal Jawa Timur.(Dok/Istimewa). 
Lensajatim.id, Surabaya – Menyambut Tahun Baru Islam 1447 Hijriyah, Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama, menyerukan pentingnya menjadikan bulan Muharram sebagai momentum refleksi diri dan semangat hijrah menuju kehidupan yang lebih berkah dan bermartabat.


Menurut perempuan yang dikenal luas sebagai Senator Cantik itu, hijrah bukan hanya peristiwa sejarah, melainkan proses spiritual yang relevan sepanjang masa. Ia menekankan bahwa makna hijrah adalah perjuangan dari kegelapan menuju cahaya, dari keburukan menuju kebaikan.


“Bulan Muharram bukan sekadar pergantian kalender hijriah. Ini adalah alarm batin bagi kita untuk terus berbenah, memperkuat iman, dan memperjuangkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan pribadi, sosial, hingga kebangsaan,” tegas Ning Lia, sapaan akrabnya, dalam keterangan resmi yang diterima Lensajatim.id, Kamis (27/06/2025).


Tokoh Muda Nahdliyyin Inspiratif versi Forkom Jurnalis Nahdliyin ini juga mengajak publik meneladani semangat hijrah Rasulullah SAW yang sarat dengan nilai keberanian, pengorbanan, dan strategi perjuangan. Ia mengutip kisah hijrah dari Makkah ke Madinah sebagai tonggak sejarah peradaban Islam yang lahir dari tekanan, namun berbuah kemenangan.


“Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa kesulitan bukan akhir, melainkan awal kemuliaan. Hijrah beliau bukan sekadar pindah tempat, tapi lompatan spiritual dan sosial yang mengubah wajah umat Islam,” ungkap pengusaha Keponakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa ini. 


Dalam konteks kekinian, Ning Lia mengajak masyarakat untuk menanamkan semangat hijrah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia menilai bahwa Indonesia membutuhkan hijrah kolektif: dari apatisme menuju kepedulian, dari perpecahan menuju kolaborasi, dan dari stagnasi menuju inovasi.


“Hijrah bukan hanya milik individu. Ini momentum kebangsaan. Mari kita hijrah dari ego sektoral ke sinergi lintas sektor. Dari hanya bicara menuju kerja nyata. Indonesia butuh gerakan bersama untuk menjadi bangsa yang kuat dan bermartabat,” tegasnya.


Lebih lanjut, Ning Lia menyoroti keberanian dan keikhlasan sebagai dua fondasi utama hijrah. Ia mencontohkan keberanian Umar bin Khattab yang hijrah secara terbuka, serta ketulusan sahabat-sahabat Rasulullah seperti Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib dalam mendampingi perjuangan Nabi.


“Hijrah itu bukan perjalanan biasa. Ia menuntut nyali, akal, dan hati. Tapi yang paling penting adalah keikhlasan. Tanpa itu, hijrah hanya jadi formalitas, bukan transformasi,” ujarnya.


Menutup refleksinya, Ning Lia mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menjadikan Tahun Baru Hijriah sebagai titik balik menuju hidup yang lebih baik. Ia mendoakan agar bangsa ini diberi kekuatan untuk terus berhijrah dalam segala aspek kehidupan.


“Semoga setiap langkah kita di tahun 1447 Hijriah ini adalah langkah menuju keberkahan, kemuliaan, dan kedamaian. Mari hijrah bersama, menuju Indonesia yang lebih sehat, sejahtera, dan penuh rahmat Allah SWT,” tutup Ning Lia.


Hijrah, baginya, bukan sekadar kisah masa lalu, melainkan pelajaran abadi yang terus menghidupkan ruh perjuangan di tengah zaman. (Had) 

Bagikan:

Komentar