![]() |
Dr. Hera Wahyuni, M.Psi., Kepala Unit Penunjang Akademik Layanan Bimbingan Konseling UTM.(Dok/Istimewa). |
Sebagai Kepala Unit Penunjang Akademik Layanan Bimbingan Konseling UTM sekaligus Psikolog di UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Sidoarjo dan Pasuruan, Hera menjelaskan bahwa kecanduan gadget tidak bisa dianggap remeh.
“Anak yang mengalami gangguan akibat gadget biasanya menunjukkan keinginan bermain HP secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Mereka akan terlihat gelisah dan cemas saat tidak memegang HP,” ucapnya, Rabu (25/6/2025).
Ia menyebutkan, anak yang kecanduan gadget cenderung menghabiskan waktu berjam-jam untuk scrolling media sosial atau bermain game, hingga mengabaikan tanggung jawab sekolah maupun aktivitas penting lainnya. Kondisi ini, lanjutnya, berakibat buruk pada kualitas hubungan sosial dan gangguan kesehatan, termasuk sulit tidur hingga insomnia.
“Banyak anak bahkan mulai kehilangan kemampuan menjaga kualitas tidur karena kebiasaan bermain HP sebelum tidur. Ini bisa memengaruhi pelepasan hormon melatonin yang sangat penting untuk tidur,” tambahnya.
Tak hanya itu, kecanduan gadget juga berdampak pada kesehatan mental. Paparan media sosial yang berlebihan dapat memicu rasa cemas, depresi, bahkan membuat anak mudah marah atau frustrasi saat tak bisa menggunakan HP. Beberapa anak juga mulai membandingkan hidupnya dengan kehidupan orang lain yang mereka lihat di media sosial, sehingga menurunkan rasa syukur.
Hera juga menyoroti dampak lain seperti penurunan konsentrasi, daya ingat, risiko obesitas akibat kurangnya aktivitas fisik, hingga gangguan pada mata seperti mata silinder pada anak.
Untuk mengatasi kecanduan gadget, Hera menyarankan beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan oleh orang tua dan pendidik. Salah satunya adalah menetapkan batasan waktu penggunaan gadget secara konsisten.
“Batasi waktu penggunaan gadget maksimal 2 jam per hari, khususnya untuk keperluan sekolah. Hindari penggunaan yang tidak perlu, dan buat jadwal harian tanpa gadget,” imbaunya.
Alternatif kegiatan tanpa gadget seperti membaca buku, makan malam bersama keluarga, atau melakukan aktivitas sosial dinilai sangat penting untuk menyeimbangkan kehidupan anak.
Hera juga menyarankan penggunaan fitur digital seperti Digital Wellbeing atau Screen Time yang tersedia di berbagai smartphone. Aplikasi tersebut mampu memantau durasi pemakaian HP dan memberikan peringatan saat penggunaan telah melewati batas.
“Kalau bisa, aktifkan mode fokus atau ‘jangan ganggu’. Ini bisa membantu mengurangi distraksi sekaligus mengatur ulang kebiasaan digital anak-anak kita,” pungkasnya.
Melalui edukasi dan pembiasaan yang konsisten, diharapkan anak-anak Indonesia mampu memanfaatkan teknologi secara sehat dan produktif, tanpa harus terjebak dalam lingkaran ketergantungan digital. (Had)
Komentar