![]() |
Sarasehan KOPRI PMII Jawa Timur bersama Jairi Irawan, Wakil Ketua Komisi E DPRD Provinsi Jawa Timur di Front One Hotel Tulungagung.(Dok/Istimewa). |
Ia menyebut bahwa setiap tahun terdapat sekitar 271 ribu pernikahan, namun 77 ribu di antaranya berakhir dengan perceraian.
"Artinya, 25% pernikahan berujung pada janda atau duda baru. Ini menjadi ancaman serius bagi ketahanan bangsa," ungkap Jairi saat menjadi narasumber dalam sarasehan bertema "Keluarga Sehat, Pilar Bangsa Kuat” yang digelar oleh Korps PMII Putri (KOPRI) PKC PMII Jawa Timur di Front One Hotel Tulungagung, Sabtu (14/6/2025) dua hari yang lalu.
Ia menekankan bahwa menyiapkan keluarga sejatinya adalah menyiapkan negara.
"Menyiapkan keluarga berarti menyiapkan masa depan bangsa. Jangan sampai kita 'lesu moto' (lemah sebelum bertarung)," tegasnya. Jairi juga mengingatkan bahaya individualisme digital di era modern.
"Ngobrollah dengan orang di sekitarmu, jangan terlalu larut dalam gadget. Kesehatan mental dimulai dari interaksi nyata dalam keluarga," tambahnya.
Sementara itu, Ketua KOPRI PKC PMII Jatim, Zumrotun Nafisah, menegaskan pentingnya peran perempuan dalam membangun peradaban melalui penguatan keluarga. Ia mengangkat konsep spiritualitas perempuan melalui ideologi ibuisme, sebagaimana tertanam dalam sosok Gayatri Rajapatni, ibunda Tri Buana Tunggadewi—Raja Perempuan Pertama Majapahit.
"Perempuan memiliki kuasa spiritual yang membentuk ketahanan batin keluarga. KOPRI hadir bukan sebagai pelengkap, tetapi sebagai subjek pembangunan peradaban," ujarnya.
Dalam sesi reflektif, Arifah Millati A., M.H.I., Ketua Jurusan Fakultas Syariah UIN SATU Tulungagung sekaligus praktisi hukum keluarga, menyoroti pentingnya perspektif maqashid syariah dalam memandang kesehatan jiwa dan raga sebagai satu kesatuan yang saling menguatkan.
“Bahagia tidak cukup hanya sehat secara fisik, tetapi juga sehat secara mental dan spiritual,” ungkapnya.
Sarasehan ini menggarisbawahi pentingnya memperkuat akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan dalam keluarga.
Evi Tunjung, S.Kep., Ns., M.Kep, praktisi kesehatan mental dalam kesempatan ini menjelaskan bahwa seperlima keluarga di Indonesia mengalami gangguan mental.
“Satu dari lima keluarga di Indonesia berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental. Ini bukan hanya soal asuransi, tapi soal keadilan dan hak dasar manusia,” tegas Evi.
Menutup acara, Zumrotun Nafisah menyerukan pentingnya menjadikan keluarga sebagai benteng pertama dalam menghadapi disrupsi sosial.
“Setelah bertarung di luar, kembalilah ke rumah. Di sanalah generasi masa depan dibentuk,” pungkasnya.
Tak hanya diskusi, acara juga dimeriahkan dengan penampilan spesial dari grup musik The Incoustic, monolog teater "Gayatri", serta pertunjukan seni dari kader Kopri Jatim yang menyimbolkan harmoni antara tradisi dan modernitas.
Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal gerakan masif KOPRI Jatim dalam memperkuat ketahanan keluarga sebagai pondasi menuju Indonesia Emas 2045. (Zi)
Komentar