|
Menu Close Menu

Gus Yusuf Dorong Yai Mim dan Sahara Berdamai

Senin, 13 Oktober 2025 | 16.27 WIB

Sahara dan Yai Mim. (Dok/Instagram Malangrayainfo). 
Lensajatim.id, Surabaya— Polemik antara KH. Mohammad Imam Muslimin atau Yai Mim dengan Nurul Sahara, pemilik rental mobil asal Malang, terus menjadi sorotan publik.


Konflik antara dua tetangga di salah satu kompleks perumahan di Kota Malang ini viral di berbagai media sosial dan media massa. 


Belakangan, muncul pernyataan dari Nurul Sahara yang mengaku sebagai alumni santri Tebuireng, Jombang.


Pengakuan itu ia sampaikan saat bertemu dengan Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM).


Namun, pernyataan tersebut sempat menimbulkan keraguan di tengah publik.


Titik terang kemudian muncul setelah H. Yusuf Hidayat, Ketua Barisan Gus dan Santri (Baguss), memberikan klarifikasi.


“Iya benar, Sahara memang alumni SMA A Wahid Hasyim Tebuireng, tahun 2009.


Waktu itu ia mondok di Pondok Putri Al Masyuriah, yang diasuh oleh KH. Fahmi Amrullah Hadziq,” jelas Gus Yusuf, Senin (13/10/2025).


Sebagai sesama alumni Tebuireng, Gus Yusuf menyampaikan nasihat agar Sahara menjaga adab dan menghormati yang lebih tua, terutama kepada seorang kiai.


“Sebagai alumni Tebuireng, kita punya tanggung jawab moral untuk menjaga nama baik pesantren, apalagi terhadap kiai seperti Yai Mim,” ujar Gus Yusuf dengan nada menenangkan.


Penggerak Ikatan Alumni Pesantren Tebuireng (Ikapete) itu menegaskan bahwa marwah Tebuireng harus selalu dijaga.


“Tebuireng bukan sekadar pesantren besar dan bersejarah. Ini adalah warisan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Karena itu, menjaga kehormatannya adalah kewajiban moral setiap santri,” tegasnya.


Lebih lanjut, Gus Yusuf menuturkan bahwa Tebuireng akan selalu bangga bila para alumninya dikenal karena karya dan pengabdian kepada masyarakat, bangsa, dan agama.

Namun, sebaliknya, ia menyayangkan bila ada alumni yang justru dikenal karena konflik sosial dengan tokoh agama.


Karena itu, Gus Yusuf berharap agar Sahara dapat bersikap lebih bijak dan menahan diri.


Ia mendorong agar persoalan dengan Yai Mim dapat diselesaikan dengan damai tanpa memperpanjang polemik.


“Damai itu indah. Saya kira Sahara bisa lebih tenang dan bijak. Kalau pun masalah ini berlanjut ke jalur hukum, saya tidak bisa mencegah, tapi saya berharap semuanya bisa berakhir baik,” tutur Gus Yusuf dengan harapan besar. 


Ia menutup pesannya dengan ajakan untuk menjaga nama baik pesantren dan nilai-nilai santri yang penuh tawaduk dan adab.


“Semoga semua pihak bisa menahan diri dan mengambil hikmah dari peristiwa ini,” pungkasnya. (Had) 

Bagikan:

Komentar