|
Menu Close Menu

Kisah Haru Syailendra Haikal, Santri Selamat Tragedi Al-Khoziny yang Bikin Ning Lia Meneteskan Air Mata

Kamis, 02 Oktober 2025 | 22.49 WIB

Ning Lia, Anggota DPD RI asal Jawa Timur saat menjenguk korban tragedi robohnya musala Pondok Pesantren Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo di RSUD Notopuro Sidoarjo.(Dok/Istimewa). 
Lensajatim.id, Sidoarjo–  Tangis haru tak terbendung saat Senator asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama, menjenguk Syailendra Haikal (13), santri korban selamat tragedi robohnya musala Pondok Pesantren Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo.


Bagi Ning Lia, kisah Haikal bukan sekadar cerita tentang selamat dari maut. Ia adalah gambaran keteguhan iman sekaligus kecerdasan seorang anak yang masih belia.


“Haikal bukan hanya kuat secara fisik, tapi juga sangat cerdas dan beriman. Dalam kondisi paling mencekam, ia tetap ingat salat dan mengamalkan ilmu yang dipelajari di sekolahnya. Ini pelajaran mahal untuk kita semua,” ungkap Ning Lia dengan mata berkaca-kaca di RSUD Notopuro Sidoarjo, Kamis (2/10/2025). 


Haikal bercerita, tubuhnya terjepit beton, nyaris tak bisa bergerak. Namun, ketika azan Isya bergema, ia tetap berusaha menegakkan kewajiban salat. Bahkan, ia membangunkan temannya yang juga terjebak.


“Ayo salat, ayo salat,” ucap Haikal kala itu. Ia mendengar suara seseorang mengimami, meski tak jelas siapa. Saat Subuh tiba, panggilannya tak ada jawaban. Saat itulah ia sadar sahabatnya telah pergi.


Ibunda Haikal, Dwi Ajeng, tak mampu menahan tangis ketika mengenang keteguhan anaknya. “Bayangkan, di tengah kegelapan dan puing yang menindih, anak saya masih ingat salat. Itu membuat saya tak henti bersyukur sekaligus menangis,” katanya lirih.


Kisah Haikal makin menggetarkan hati ketika ia menceritakan rasa haus yang luar biasa. Dua botol air ada di dekatnya, namun ia memilih tak meminumnya.


“Dia bilang itu bukan miliknya. Anak sekecil itu bisa berpikir sejernih itu, Masya Allah,” tutur Ning Lia kagum.


Haikal juga sengaja tidak banyak bergerak agar tetap bertahan hidup. Ia mengingat pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) di sekolah: semakin banyak bergerak, semakin cepat energi tubuh habis.


“Dia benar-benar mengimplementasikan pelajaran yang didapat di sekolah dan pondok. Luar biasa,” tambah Ning Lia.


Menurut Basarnas, Haikal berhasil dievakuasi pada Rabu (1/10) pukul 15.22 WIB. Ia menjadi korban ke-13 yang ditemukan selamat.


Hanya beberapa meter darinya, tim menemukan santri lain yang meninggal dalam posisi sujud. Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas, Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, menyebut penyelamatan Haikal sebagai momen paling dramatis dalam operasi evakuasi Al-Khoziny.


Bagi Ning Lia, apa yang dilakukan Haikal adalah teladan. “Anak seusianya mungkin panik atau putus asa. Tapi Haikal justru mengingat salat, menjaga hak orang lain, dan menggunakan ilmu sekolah untuk bertahan. Haikal adalah cahaya harapan generasi muda Indonesia,” ujarnya.


Meski tubuhnya masih sakit, Haikal tetap ingin beribadah. Orang tuanya pun mengajarkan cara salat dengan gerakan mata. Setelah pulih, ia berencana melanjutkan sekolah di SMPN 1 Probolinggo.


“Haikal masih ingin terus belajar, karena menuntut ilmu adalah cita-citanya. Semoga cepat sembuh dan menjadi inspirasi anak-anak Indonesia,” ucap Ning Lia penuh doa.


Kisah perjuangan Haikal kini viral di media sosial. Ribuan warganet mengirimkan doa dan kekaguman. Bagi mereka, Haikal adalah santri berakhlak mulia yang menjadi teladan di tengah duka. (Had) 

Bagikan:

Komentar