![]() |
Sesi foto bersama para peserta dan panitia Pelatihan Deteksi Dini Kejiwaan Bagi Guru Bimbingan Konseling SMP-SMA/SMK di SMA Petra Kristen Petra 1 Surabaya.(Dok/Istimewa). |
Pelatihan yang berlangsung selama dua hari, 6–7 Oktober 2025, di SMA Petra Kristen Petra 1 Surabaya ini diikuti sekitar 60 guru BK. Program tersebut berfokus pada peningkatan kapasitas guru dalam mendeteksi dini kesehatan jiwa siswa di lingkungan sekolah.
Presiden Lions Club Surabaya Mahardika, Dr. Lusy Evylia Puspita, S.E., M.Si., mengungkapkan pelatihan ini digelar karena meningkatnya tekanan yang dialami siswa akibat beban akademik, ekspektasi keluarga, kemajuan teknologi hingga masalah sosial.
“Kami melihat banyak anak muda yang kesulitan mengelola tekanan, baik dari sekolah maupun rumah. Ada yang stres karena nilai, kehilangan kepercayaan diri akibat bullying, atau merasa tidak diterima di lingkungannya. Guru harus bisa mengenali gejala-gejala itu lebih awal agar bisa membantu sebelum terlambat,” ujarnya.
Menurut Lusy, kegiatan ini merupakan bagian dari pilar humanitarian service Lions Club International terkait masalah Mental Health menjadi perhatian besar terutama bagi generasi muda.
Lusy menambahkan, dari delapan pilar pelayanan Lions Club, mulai dari penanganan diabetes, kanker anak, hingga pelestarian lingkungan, LCS Mahardhika memilih fokus pada youth development.
“Kami percaya, masa depan bangsa ada di tangan generasi muda. Jika kesehatan mental mereka kuat, mereka akan tumbuh menjadi pribadi tangguh, empatik, dan produktif,” jelasnya.
Sementara itu, Karel Tuhehay, S.Sos., Ketua Departemen Mental Health & Disabilitas Yayasan Satu Nama Yogyakarta, menjelaskan bahwa konsep sekolah sehat jiwa bukan hanya soal pelatihan guru, tetapi membangun sistem yang terintegrasi.
“Kesehatan jiwa di sekolah bukan hanya tanggung jawab guru BK. Harus ada kolaborasi antara sekolah, dinas kesehatan, dinas pendidikan, hingga orang tua. Anak tidak hidup hanya di sekolah, mereka membawa persoalan dari rumah,” tutur Karel.
Melalui kolaborasi ini, Lions Club Mahardika dan Yayasan Satu Nama berharap lahir lebih banyak sekolah yang peduli terhadap kesehatan mental siswa.
Pelatihan ini menjadi bagian dari upaya membangun ekosistem pendidikan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga sehat secara emosional dan sosial.
“Sekolah sehat jiwa bukan sekadar konsep, tetapi langkah nyata untuk menyelamatkan masa depan anak-anak kita,” pungkas Lusy.(Had)
Komentar