|
Menu Close Menu

BNNK Tulungagung Gelar Evaluasi Desa Bersinar, Tekankan Ketahanan Sosial dan Kreativitas sebagai Benteng Anti-Narkoba

Senin, 17 November 2025 | 16.58 WIB

Kepala BNN Kabupaten Tulungagung Rose Iptriwulandhani, S.Psi., M.M., saat memberikan sambutan dalam acara Evaluasi Pelaksanaan Fasilitasi Intervensi Sumber Daya Pembangunan Desa.(Dok/Istimewa).
Lensajatim.id, Tulungagung — Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Tulungagung kembali menyelenggarakan Evaluasi Pelaksanaan Fasilitasi Intervensi Sumber Daya Pembangunan Desa pada Senin (17/11) di Barn Meeting and Convention Hall. Kegiatan ini menjadi agenda strategis untuk menilai efektivitas Program Desa Bersinar serta memperkuat peran masyarakat desa dalam menghadapi ancaman narkoba yang semakin kompleks.

Sebanyak 30 peserta dari unsur Perangkat Desa, BUMDes, PKK, Karang Taruna, tokoh agama, tokoh masyarakat, Forum Anak hingga Tim Pendamping Keluarga, hadir mengikuti rangkaian kegiatan yang diawali dengan menyanyikan Indonesia Raya, Mars Anti Narkotika, doa, laporan ketua panitia, sambutan resmi Kepala BNN Kabupaten Tulungagung, hingga pengisian Kuesioner IKOTAN 2025. Instrumen IKOTAN (Indeks Kabupaten/Kota Tanggap Ancaman Narkoba) digunakan untuk memetakan kesiapsiagaan wilayah menghadapi penyalahgunaan narkotika dan menjadi indikator penting dalam penyusunan kebijakan berbasis bukti di tingkat nasional dan daerah.


Dalam sambutannya, Kepala BNN Kabupaten Tulungagung Rose Iptriwulandhani, S.Psi., M.M., menegaskan bahwa narkoba saat ini bukan sekadar persoalan kriminal, tetapi telah berkembang menjadi krisis multidimensi yang memengaruhi kesehatan, ekonomi, kohesi sosial, hingga stabilitas keamanan nasional.


“Keberhasilan BNN RI mengungkap penyelundupan 2 ton sabu menunjukkan bahwa jaringan narkoba transnasional kini semakin adaptif dan agresif. Desa yang dulu dianggap zona aman, kini menjadi target baru akibat perubahan sosial, perkembangan teknologi, dan mobilitas penduduk,” tegasnya.


Rose menekankan bahwa pencegahan narkoba tidak dapat bertumpu pada penegakan hukum saja. Desa harus menjadi benteng pertahanan pertama dalam menciptakan ketahanan masyarakat terhadap ancaman narkoba.


Materi inti kegiatan dipandu oleh Ketua Tim Kerja Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat, Suroso, S.Sos., M.M.. Narasumber pertama, Dian Naufalia, S.E., M.E., Kepala Bidang Sosial, Budaya dan Partisipasi Masyarakat DPMD Tulungagung, menyoroti pentingnya sinergi pembangunan desa dalam memperkuat ketahanan sosial.


Menurutnya, keberhasilan Desa Bersinar bergantung pada bagaimana desa mengintegrasikan program anti-narkoba ke dalam tata kelola pemerintahan, partisipasi warga, serta optimalisasi lembaga lokal seperti BUMDes, PKK, Karang Taruna hingga Forum Anak.


Kegiatan ini juga menghadirkan pendekatan kreatif melalui Pelatihan Seni Decoupage yang difasilitasi Rotary Club of Batu. Narasumber utama, Ir. Mieke Lestari Dewi, menjelaskan bahwa decoupage, seni menghias menggunakan potongan gambar, memiliki potensi besar sebagai alat pemberdayaan karena mudah dipelajari, berbiaya murah, dan bernilai estetis.


Pelatihan kali ini memanfaatkan limbah botol kaca dan kayu sebagai media utama. Melalui sentuhan kreativitas, limbah tersebut diubah menjadi produk dekoratif bernilai jual, sekaligus menjadi solusi ekologis terhadap persoalan sampah rumah tangga.


“Ketika limbah bisa berubah menjadi karya seni yang bernilai, masyarakat bukan hanya menjaga lingkungan, tetapi juga membuka peluang usaha baru,” ujar Mieke.


Didampingi oleh Nurul Faridah, ia juga menjelaskan bahwa produk kreatif dapat dimanfaatkan sebagai media kampanye visual, alat edukasi, maupun suvenir anti-narkoba yang memperkuat pesan pencegahan di masyarakat.


Antusiasme peserta terlihat jelas selama sesi praktik. Mereka aktif berdiskusi mengenai peluang usaha, strategi pemasaran, hingga pengembangan produk. Hal ini menunjukkan adanya potensi sosial dan ekonomi yang dapat diperluas melalui penguatan kreativitas desa. 


Secara keseluruhan, kegiatan evaluasi dan pelatihan ini membuktikan bahwa Desa Rejoagung semakin kokoh dalam komitmennya sebagai Desa Bersinar. Integrasi antara kebijakan pembangunan desa, kreativitas, kepedulian lingkungan dan sinergi antar lembaga menunjukkan bahwa ketahanan masyarakat dapat dibangun melalui pendekatan yang holistik.


Desa Rejoagung dinilai memiliki potensi menjadi role model nasional, terutama dalam mewujudkan desa yang adaptif, produktif, dan berdaya dalam menghadapi ancaman narkoba, sejalan dengan arah pembangunan nasional dalam Asta Cita Presiden Republik Indonesia. (Had) 


Bagikan:

Komentar