![]() |
| Ning Lia Istifhama, Anggota DPD RI asal Jawa Timur saat berinteraksi langsung dengan para siswa di SDN 13 Gresik.(Dok/Istimewa). |
Kedatangan Ning Lia disambut hangat oleh siswa-siswi kelas inklusi yang memainkan alat musik angklung dengan penuh keceriaan. Suasana akrab langsung tercipta saat ia menyapa dan berinteraksi dengan para siswa satu per satu.
Dalam kunjungannya, Ning Lia tampak terkesan dengan kemampuan dan talenta para siswa ABK. Ia berbincang dengan Keysha, siswa tuna rungu; dibuat kagum oleh Andra yang fasih berbahasa Inggris; hingga mengetahui bahwa Arya, siswa lainnya, memiliki kanal YouTube pribadi.
Momen mengharukan terjadi ketika seorang siswa dengan polos bertanya tentang siapa sosok Ning Lia dan apa pekerjaannya. Sambil tersenyum, ia menjawab.
“Ini adalah amanah yang dititipkan kepada saya selaku DPD RI. Tugas saya adalah terjun ke masyarakat untuk mendengar dan memperjuangkan aspirasi," ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, Ning Lia juga memberikan edukasi ringan tentang Rukun Iman dan mensosialisasikan program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai upaya mendukung tumbuh kembang anak.
Di hadapan komite sekolah dan paguyuban orang tua, Ning Lia menekankan pentingnya sinergi antara guru dan wali murid dalam menguatkan layanan pendidikan inklusi. Ia mengungkapkan adanya tantangan besar terkait keterbatasan anggaran dan fasilitas.
"Dari 28 pendaftar, hanya 5 siswa ABK yang bisa diterima karena keterbatasan sarana dan pendampingan. Ini menunjukkan perlunya perhatian serius pemerintah," tegasnya.
Ning Lia juga menyoroti peran Guru Pendamping Khusus (GPK) yang dinilai menghadapi beban kerja tinggi.
"GPK ada lima orang, tetapi harus menghadapi kebutuhan yang berbeda-beda dari tiap ABK. Saya memohon kepada Presiden untuk mengkaji ulang kebijakan agar hak pendidikan anak-anak istimewa ini terpenuhi," ujarnya.
Sementara itu, Kepala UPT SDN 13 Gresik, Sri Endriana, M.Pd., memaparkan berbagai kendala yang dihadapi sekolah inklusi tersebut. Selain keterbatasan sarana, pengalihan kewenangan dari Pemprov ke Pemkab disebut berdampak pada minimnya anggaran.
"Kami adalah sekolah rujukan. Karena keterbatasan fasilitas, dengan berat hati kami hanya menerima lima siswa ABK," ungkap Sri.
Kunjungan Ning Lia ini menjadi angin segar bagi para guru dan orang tua siswa. Selain memberikan perhatian nyata, ia juga membawa harapan akan adanya penguatan kebijakan pendidikan inklusi yang lebih berpihak pada anak-anak berkebutuhan khusus. (Had)


Komentar