![]() |
| Ning Lia Istifhama dalam semua kunjungan ke Pacitan.(Dok/Istimewa). |
Menurut Ning Lia, Hari Ibu merupakan momentum penting untuk memberikan penghargaan terhadap kontribusi perempuan Indonesia dalam sejarah perjuangan dan pembangunan nasional. Ia menekankan bahwa peran ibu tidak terbatas pada ranah domestik, tetapi menjadi fondasi utama dalam pembentukan karakter generasi penerus bangsa.
“Ibu bukan hanya sosok di dalam rumah, tetapi penentu arah kualitas generasi masa depan. Kebahagiaan dan kualitas hidup seorang ibu sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak-anak dan wajah bangsa ke depan,” ujar Ning Lia.
Putri dari KH Maskur Hasyim sekaligus keponakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa ini juga memandang Hari Ibu sebagai momentum kesadaran kolektif untuk terus memperjuangkan kesetaraan dan keadilan gender. Ia menegaskan pentingnya akses yang setara bagi perempuan dalam pendidikan, pekerjaan, perlindungan hukum, serta terbebas dari kekerasan dan diskriminasi.
“Hari Ibu adalah simbol persatuan perempuan Indonesia. Di sinilah kita menegaskan kembali bahwa perempuan memiliki peran sentral dalam kebangkitan dan keberlanjutan bangsa,” tegasnya.
Dalam perspektif keislaman, Ning Lia menekankan bahwa kualitas sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan dalam keluarga. Dalam hal ini, ibu memiliki posisi strategis sebagai al-ummu madrasatul ula atau madrasah pertama bagi anak-anaknya.
“Jika kita ingin melihat wajah bangsa di masa depan, lihatlah bagaimana para ibu hari ini mendidik anak-anaknya. Di sanalah akidah, akhlak, dan karakter dasar ditanamkan,” tuturnya.
Ia juga mengingatkan bahwa dalam ajaran Islam dan nilai-nilai kemanusiaan universal, ibu dimuliakan sebagai penentu arah keluarga dan bangsa. Menghormati ibu, menurutnya, merupakan jalan kemuliaan yang membawa pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pada momentum Hari Ibu ini, Ning Lia yang baru-baru ini meraih DetikJatim Award turut memperkenalkan konsep nilai CINTA sebagai spirit peran ibu dalam penguatan pendidikan generasi bangsa di era digital. Nilai tersebut mencakup Care atau kepedulian ibu terhadap perkembangan pendidikan anak, Integrity berupa keteguhan dan konsistensi dalam mendampingi tumbuh kembang anak secara bertahap dan bernilai, Nimble yakni respons cepat terhadap kebutuhan dan persoalan anak, Touch sebagai sentuhan fisik dan emosional yang penting bagi perkembangan kognitif dan afektif, serta Advice berupa nasihat kebajikan sebagai fondasi kecintaan anak pada ilmu dan nilai moral.
“Spirit CINTA ini bukan sekadar afeksi, melainkan bentuk kepemimpinan. Ibu adalah pemimpin pertama dalam kehidupan anak,” ujar Ning Lia, seraya mengutip hadis yang menegaskan bahwa setiap individu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.
Di tengah tantangan era digital, Ning Lia yang dikenal sebagai wakil rakyat terpopuler dan paling disukai itu menilai empati dan keteladanan ibu menjadi semakin krusial. Menurutnya, empati yang kuat menjadikan ibu sebagai penjaga moral, pendidikan, dan masa depan generasi bangsa.
“Ketika seorang ibu mampu menjaga, mendidik, dan membahagiakan anak-anaknya, sejatinya ia sedang berinvestasi bagi lahirnya generasi yang berilmu, berakhlak, dan berdaya saing untuk negeri ini,” pungkasnya. (Red)


Komentar