![]() |
| Ning Lia Istifhama, saat dalam acara Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan MPR RI di Lamongan.(Dok/Istimewa). |
Dalam forum tersebut, senator asal Jawa Timur yang akrab disapa Ning Lia itu menegaskan pentingnya keterlibatan perempuan dalam ruang-ruang strategis pengambilan kebijakan. Menurutnya, politik tidak boleh ditinggalkan hanya karena stigma negatif, sebab absennya kelompok baik justru membuka ruang bagi praktik-praktik yang tidak beretika.
“Jika semua orang baik menjauh dari politik dengan alasan politik itu kotor, maka ruang itu akan sepenuhnya diisi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Di situlah pentingnya perempuan, termasuk kader Fatayat NU, hadir dan berperan,” ujar Ning Lia, yang juga keponakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa tersebut.
Putri KH Maskur Hasyim itu juga menekankan perjuangan politik membutuhkan strategi, ketekunan, serta karakter yang kuat. Posisi atau jabatan, lanjutnya, bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk memperjuangkan kepentingan umat dan bangsa secara berkelanjutan.
Dalam konteks era digital, Ning Lia yang juga peraih DetikJatimAward 2025 itu menyampaikan pentingnya penguasaan narasi dan komunikasi publik. Ning Lia yang juga lulusan doktoral UINSA itu mendorong kader perempuan agar mampu membangun citra dan pesan positif melalui media, termasuk dengan memahami strategi pemberitaan dan pemanfaatan teknologi informasi baik digital maupun AI secara cerdas dan etis.
“Politik hari ini tidak hanya soal lapangan, tetapi juga tentang gagasan, narasi, dan bagaimana pesan itu sampai ke publik,” tegas Wakil Rakyat Terpopuler dan Paling Disukai versi ARCI 2025 tersebut.
Ketua PC Fatayat NU Lamongan, Dewi Maslahatul Ummah, menyambut baik kehadiran dan pemikiran yang disampaikan Ning Lia. Ia menyebut sosialisasi tersebut memberi inspirasi sekaligus membuka perspektif baru bagi kader Fatayat NU terkait pendidikan politik jangka pendek hingga jangka panjang.
“Kami di PC Fatayat NU Lamongan memang tengah mendorong kader untuk berperan di seluruh akses politik, seperti kepala desa bahkan di lembaga legislatif. Apa yang disampaikan Ning Lia menjadi bekal penting bagi kami untuk berani bermimpi dan menyiapkan langkah konkret ke depan,” ujar Dewi. (Red)


Komentar