Foto : Ra Fadil Bersama Tiga Istrinya |
Oleh :Moch Eksan
Siapa tak tahu Ra Fadil? Seantero negeri semua tahu. Lelaki tangguh putra KH Achmad Muzakki Syah, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember, yang beristri tiga bidadari cantik. Aksinya membawa semua istri saat pelantikan anggota DPR RI pada 1 Oktober 2019, mendapat peliputan luas media. Banyak stasiun televisi mengundang sebagai bintang tamu, dan koran nasional yang mengangkat profilnya. Sebuah bonus peliputan media yang luar biasa, membuat anggota DPR RI Fraksi Partai NasDem ini semakin beken.
Bukan hanya kehidupan pribadi Ra Fadil yang news maker, tapi sepak terjang politiknya pun, sama. Memancing perbincangan publik. Statusnya di facebook yang mengklaim Partai NasDem dukung H Hendy Siswato maupun penggunaan akun palsu yang mengatasnamakan dirinya. Publik bertanya-tanya. Apa yang sedang terjadi? Siapakah yang mendapat rekom Partai NasDem sesungguhnya?.
Akun palsu atau apa pun yang palsu-palsu, mengingatkan pada judul lagu Ayu Ting Ting, "Alamat Palsu". Seperti lirik lagu yang berisi rasa tertipu dan frustasi, akun palsu yang mengatasnamakan Ra Fadil juga mengalami hal yang semisal. Sepak terjang politiknya telah membuat lawan-lawannya "terkecoh" dan frustasi menghadang laju calon yang bakal diusung.
Dua minggu terakhir, jagad media sosial dihebohkan oleh kasus pembocoran data pribadi Denny Siregar, dan akun palsu atas nama Ra Fadil. Kasus ini bukti, medsos sudah tak aman dan nyaman sebagai media informasi dan interaksi sosial. Sementara, menurut Centre for European Studies, medsos merupakan the new power of political influence (kekuatan baru pengaruh politik). Banyak perubahan besar terjadi di dunia, karena pengaruh medsos.
Di Indonesia, berdasarkan data penelitian We Are Social, terdapat 175,2 juta pengguna internet, sedangkan 160 juta pengguna internet, aktif di medsos. Ini berarti ada 59,9 persen warga yang memanfaatkan medsos sebagai sarana aktualisasi diri, informasi dan interaksi sosial.
Pada Pilpres dan Pileg 2019 lalu, semua calon dan tim menjadikan facebook, twitter, instagram, youtube dan lainnya sebagainya, sebagai sarana kampanye. Meski, hasil pemilu tak selalu mencerminkan prosentase yang sama, apa yang ada di dunia maya dan nyata. Ini disebabkan, medsos tak ada pertanggungjawaban, isi dan akurasinya juga tak ada yang bertanggungjawab pula. Semua kembali pada masing-masing orang untuk menyeleksi sendiri. Berita hoax dan ujaran kebencian bercampur aduk dengan berita haq dan ujaran perdamaian.
Pilkada Serentak 2020 ini, pilkada spesial di masa pandemi Covid-19, meski PSBB sudah dicabut, dan banyak daerah yang sudah memasuki new normal, maka protokol kesehatan harus tetap diperhatikan. Kampanye pengerahan massa dalam skala besar, rawan terjadi penularan dan membahayakan kesehatan. Kampanye akan lebih banyak melalui media. Terutama medsos. Sehingga, medsos akan dipenuhi oleh APK, pesan dan meme kampanye dari calon dan tim.
Oleh karena itu, calon, tim, simpatisan dan masyarakat, harus membiasakan "tabayyun". Informasi apa pun harus dicek and ricek. Lebih-lebih, informasi yang paradoksal. Kabar yang berbenturan antara satu sama lain, dari segi konten dan sumber. Ilmu "riwayat" dalam ulumul hadits bisa digunakan sebagai acuan memilah dan memilih informasi dalam menyusun strategi pemenangan dan pertempuran di lapangan.
Ra Fadil bukan new comer dalam jagad raya politik, dia adalah aktor yang punya jam terbang bertarung di atas ring pemilu cukup lama. Pernah menang dan pernah kalah. Sudah lengkap. Pengalamannya yang telah menjadikan dia selalu berada dalam episentrum kekuasaan.
Dalam konteks Pilkada Jember, mencermati akun palsu dan asli Ra Fadil, ada beberapa hal yang harus digaris bawahi:
Pertama, Ra Fadil telah mengklarifikasi dua akun atas nama dirinya. Yang satu asli dan yang satu palsu. Sehingga facebooker, dapat mengunfriend akun palsu, agar informasi yang diperoleh benar dan bisa dipertanggungjawabkan. Dan, dapat berinteraksi langsung dengan orang yang bersangkutan.
Kedua, Partai NasDem adalah satu-satunya partai yang menjunjung tinggi prinsip koalisi tanpa syarat dan politik tanpa mahar. Akun asli maupun palsu, sesungguhnya saling menegaskan bahwa Partai NasDem benar-benar partai politik tanpa mahar yang menjadi perebutan.
Ketiga, kunci kemenangan Partai NasDem pada Pilkada Serentak 2015 di 132 daerah, 2017 di 47 daerah dan 2018 di 11 propinsi, terletak pada politik gagasan politik tanpa mahar. Surya Paloh sudah terbukti dan teruji membangun Partai NasDem di atas prinsip kemandirian ekonomi, sejak berdiri sampai dengan detik ini.
Keempat, DPP Partai NasDem sangat hati-hati betul dalam memberikan Surat Keputusan tentang Persetujuan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati (Model B.1-KWK Parpol), pada calon. Aspirasi publik, peluang menang dan komitmen memperjuangkan visi misi gerakan perubahan restorasi Indonesia, menjadi bahan pertimbangan seksama. Agar, Partai NasDem merekom pasangan calon yang bisa membawa Jember yang lebih baik.
Last but not least, rekom Partai NasDem akan turun, menyusul rekom-rekom di daerah-daerah lain. Jember sekarang spesial, kondisi politik bagaikan api dalam sekam. Lembaga survey tak bisa memotret, rakyat dan elite punya jalan. Namun, bisa jadi wis wayae turun, pasti turun. Bila Wes wayae menang, pasti menang. Sejarah punya logika sendiri untuk mewujudkan Jember Jenggirat, dengan Pemimpin Perubahan menuju Jember Juara.
Komentar